Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Waspada, Gangguan Nokturia Bisa Kurangi Kualitas Hidup

Waspada, Gangguan Nokturia Bisa Kurangi Kualitas Hidup

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, apakah Anda sering merasa ingin buang air kecil pada malam hari saat tengah terlelap? Waspada! Bisa jadi, Anda mengalami nokturia.

Nokturia merupakan istilah medis untuk buang air kecil berlebih pada malam hari. Dengan kata lain, nokturia merujuk pada berapa kali berkemih selama periode tidur utama. Saat terbangun untuk berkemih pertama kali, tiap proses berkemih harus diikuti oleh tidur atau keinginan untuk tidur.

Saat tidur, tubuh pada umumnya menghasilkan lebih sedikit urine. Dengan begitu, seseorang dalam kondisi sehat tidak perlu bangun tengah malam untuk buang air kecil. Ia dapat tidur selama 6-8 jam tanpa diganggu rasa ingin buang air kecil.

Namun pada penderita nokturia, keinginan berkemih bisa terjadi lebih dari satu kali. Gejala nokturia antara lain:

• Produksi urine yang berlebihan.

• Terlalu sering buang air kecil saat malam hari.

• Merasakan kebutuhan mendesak untuk buang air kecil, tapi hanya memproduksi sedikit air seni.

"Banyak yang beranggapan nokturia adalah suatu hal yang wajar seiring dengan proses penuaan dan tidak memerlukan terapi. Di sisi lain, ada yang meyakini bahwa nokturia selalu disebabkan oleh masalah prostat pada laki-laki atau kandung kemih yang terlalu aktif pada perempuan. Namun harus diingat, semua itu adalah persepsi yang tidak benar," kata dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD, Ketua Indonesian Society of Female and Functional Urology (INASFFU), sekaligus Staf Medis Departemen Urologi FKUI-RSCM dalam kegiatan virtual press conference dengan tema "Jangan Diamkan Nokturia dan Nokturnal Enuresis" pada 18 Desember 2020.

"Nokturia harus segera diatasi karena pada dasarnya bisa mengganggu kualitas hidup seseorang," lanjut dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhDdr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD. Saat mengalami nokturia, kualitas tidur Anda akan berkurang. Saat tidur malam terganggu, maka besar kemungkinan Anda akan mengalami:

• Gangguan mood atau suasana hati

• Gangguan memori dan fungsi kognitif

• Gangguan bekerja

• Selain itu, tidur yang kurang berkualitas juga akan meningkatkan risiko Anda mengalami depresi, penurunan sistem imun, terserang penyakit jantung dan diabetes, serta risiko mengalami kecelakaan karena kurangnya konsentrasi.

Berdasarkan survei LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) 2020, mayoritas jumlah pasien nokturia adalah laki-laki. Dalam survei yang sama juga diketahui bahwa penderita masalah ini paling banyak berada di kisaran usia 51 – 70 tahun.


Penyebab Nokturia

Bertolak belakang dengan persepsi publik yang menganggap bahwa nokturia hanya disebabkan oleh bertambahnya usia, masalah ini sebenarnya bisa dipicu oleh berbagai hal, mulai dari masalah ginjal, penyakit diabetes, hingga gaya hidup. "Berbagai hal seperti kelainan saluran kemih bagian bawah, gangguan ginjal, hormonal, tidur, jantung dan pembuluh darah, psikologis dan diet dapat menjadi penyebabnya," jelas dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD.

Untuk mencari tahu penyebab dan mengatasi masalah nokturia, Anda perlu melakukan pemeriksaan menyeluruh. Biasanya dokter akan melakukan wawancara mengenai gejala nokturia dan berbagai hal yang mungkin menyebabkan masalah ini. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, tanda vital, jantung, paru-paru, pembesaran hati, kandung kemih, dan lain sebagainya. 

Setelah diketahui penyebabnya, dokter akan bisa mencari solusi atas masalah tersebut. Salah satu caranya adalah dengan melakukan terapi dan perubahan gaya hidup. Ya, penderita nokturia diharapkan untuk bisa mengubah pola hidup dengan cara:

• Mengurangi asupan garam, protein, dan kalori, serta melakukan pencegahan terhadap obesitas dan diabetes.

• Membatasi asupan cairan pada sore dan malam hari, serta membatasi konsumsi kafein.

• Melakukan penyesuaian waktu minum obat menjadi siang hari.

• Diet dengan kalori seimbang.

"Pemberian obat dilakukan jika terapi lini pertama seperti intervensi gaya hidup, latihan kandung kemih dan otot dasar panggul tidak menghasilkan perbaikan gejala," ujar dr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhDdr. Harrina Erlianti Rahardjo, SpU (K), PhD. 

Nokturia tidak boleh disepelekan. Anda perlu segera berkonsultasi dengan dokter untuk mengatasi masalah ini sehingga tidak mengganggu kualitas tidur dan tentunya kualitas hidup Anda. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)