Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah hipertensi atau penyakit darah tinggi. Tapi tahukah Anda bahwa hipertensi tidak hanya menyerang orang dewasa? Ya, anak-anak juga berisiko mengalami hipertensi. Menurut situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kejadian hipertensi pada anak berkisar 1 hingga 2 persen. Bahkan sebuah penelitian di Amerika Serikat terhadap 5.100 anak sekolah mendapatkan kejadian hipertensi sebesar 4,5 persen.
Peningkatan angka kejadian hipertensi pada anak dan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
⢠Peningkatan kejadian obesitas/kegemukan pada anak.
⢠Perubahan gaya hidup. Misalnya, anak saat ini lebih banyak berdiam di rumah dan kurang melakukan aktivitas fisik.
⢠Asupan makanan yang tinggi kalori, tinggi garam, serta kafein.
⢠Kebiasaan merokok.
⢠Stres mental.
⢠Kurang tidur.
⢠Dalam sejumlah kasus, hipertensi pada anak juga disebabkan oleh bawaan dari lahir.
Anak dengan masalah hipertensi memiliki risiko hampir 4 kali lebih besar untuk menderita hipertensi pada saat ia dewasa dibandingkan dengan anak normal. Hipertensi pada anak memberikan dampak pada kesehatan kardiovaskular di masa dewasa karena pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis) telah berlangsung lebih lama, yaitu sejak masa kanak-kanak.
Gejala Hipertensi pada Anak
Gejala hipertensi bisa berbeda pada masing-masing anak, tergantung pada usianya. Pada bayi yang baru lahir, hipertensi dapat dilihat dari gejala berupa sesak napas, berkeringat, gelisah, pucat/sianosis, muntah, dan kejang.
Sementara itu, pada anak yang lebih besar, gejalanya bisa berupa rasa lelah, kejang, penurunan kesadaran, sakit kepala, mendadak penglihatan kabur, mual, perdarahan hidung atau mimisan, nyeri dada, kenaikan berat badan yang tidak memenuhi syarat, perawakan pendek, dan kelumpuhan otot.
Cara Antisipasi
Idealnya, setiap anak yang sudah berusia 3 tahun atau lebih, rutin menjalani pemeriksaan tekanan darah setidaknya setahun sekali. Pada anak-anak dengan riwayat kelahiran prematur, berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, atau punya riwayat di ruang perawatan intensif/ICU, pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan lebih dini.
Selain itu, Moms juga bisa mengantisipasi terjadinya kenaikan tekanan darah pada Si Kecil dengan membiasakan anak:
⢠Mengonsumsi makanan sehat
⢠Menjalani pola hidup sehat
⢠Memperbanyak aktivitas fisik dan mengurangi penggunaan gadget
⢠Menjauhkan Si Kecil dari paparan asap rokok dan tentunya kebiasaan merokok
⢠Berolahraga teratur.
Penanganan Hipertensi
Pada umumnya, hipertensi pada anak tidak terlalu parah. Untuk mengatasinya, dokter biasanya hanya menyarankan Moms dan Dads mengubah gaya hidup keluarga sehari-hari, misalnya dengan lebih banyak melakukan aktivitas fisik dan mengonsumsi makanan yang lebih sehat.
Namun dalam beberapa kasus yang cukup parah dan adanya komplikasi dengan penyakit lain, dokter bisa saja memberikan obat penurun tekanan darah kepada Si Kecil. Hipertensi pada anak sebaiknya segera mendapatkan penanganan yang tepat. Jika tidak segera ditangani, hipertensi bisa menyebabkan komplikasi berat bagi kesehatan jantung, pembuluh darah, dan ginjal. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)