Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Ternyata perkembangan emosi Si Kecil sudah dimulai sejak baru lahir lho, Moms. Emosi bukanlah hal yang serta-merta muncul pada diri manusia, melainkan melalui sebuah proses panjang selama kehidupan. Agar Anda dapat memahami Si Kecil, penting untuk mengetahui bagaimana perkembangan emosinya. Berikut ini tahapan perkembangan emosi Si Kecil, sejak ia baru dilahirkan hingga usia 12 bulan. Read on, Moms!
0-3 Bulan
Pada masa ini, Si Kecil sedang mempelajari berbagai macam emosi. "Bayi di usia ini mulai mengenal emosi dasar, yaitu sedih dan gembira," jelas Alison Gopnik, Ph.D., profesor psikologi anak dan penulis buku The Scientist in The Crib.
Dengan perkembangan kemampuan fisik dan kognitif yang masih terbatas, ia mengenali emosi-emosi tersebut berdasarkan kebutuhan ataupun kondisi tubuhnya sendiri. Seperti ketika lapar ia akan sedih dan menunjukkannya dengan menangis. Walau begitu, seiring dengan perkembangannya, ia mulai dapat belajar emosi dari orang lain dengan mengamati dan menyerap emosi yang ada di sekitarnya.
Si Kecil akan tersenyum dan menunjukkan rasa senang ketika mendapatkan stimulasi sosial seperti belaian. Si Kecil juga merasa nyaman ketika bersama orang dewasa yang dekat dengannya. Ketika ia merasa tidak nyaman, perasaan kalut tersebut akan teratasi saat Moms menggendongnya.
Usia 3-6 Bulan
Banyak sekali perkembangan emosi yang Si Kecil alami pada rentang usia ini. Pada tahapan usia ini, ia mulai dapat mengenali wajah. Kemampuannya mengenali wajah tersebut kemudian mengembangkan perasaan aman dan nyaman anak terhadap beberapa orang.
Dengan begitu, Si Kecil mulai memiliki orang favorit. Ia juga mulai bisa meniru beberapa gerakan maupun ekspresi wajah dari orang-orang dewasa yang sering berinteraksi dengannya. Contoh ekspresi yang bisa ditiru bayi adalah cemberut dan tersenyum.
Fluktuasi emosinya mulai berubah dengan cepat dan semakin beragam. Rasa marahnya sudah sering terlihat. Rasa marah ini kemudian akan memuncak dengan tantrum yang ia tunjukkan di rentang usia selanjutnya. Ekspresi emosi yang dapat ia tunjukkan juga semakin beragam lho, Moms. Ketika merasa senang, ia akan menggoyang-goyangkan tangan dan kakinya, atau bahkan tertawa dengan keras. Menggemaskan ya, Moms.
Usia 6-12 Bulan
Kemampuan motorik dan kognitif Si Kecil yang semakin berkembang membuat proses pembelajaran hubungan antara dirinya dengan objek maupun benda semakin cepat. Apabila di beberapa bulan pertama kehidupannya ia gembira saat melihat mainan, maka pada masa ini ia akan ingin memainkannya.
Selain itu, ia akan sering meminta persetujuan dari Anda sebelum meraih sebuah benda. Hal ini disebut oleh Profesor Arlene Walker-Andrews, Ph.D., profesor psikologi di University of Montana, sebagai fase social referencing. Hal ini menandakan bahwa ia mulai mengerti emosi-emosi Anda maupun orang lain di sekitarnya.
Selain itu, ia juga sudah mulai dapat mengontrol emosinya sendiri dengan mengisap jempol atau memainkan mainan favoritnya. Hal ini tentu memudahkan Anda dalam menenangkannya ketika ia sedang marah, terlebih lagi pada rentang usia ini tantrumnya akan sering terlihat.
Di usia ini, kemampuan memahami keberadaan diri Si Kecil juga semakin baik lho, Moms. Hal ini berdampak pada rasa percaya diri yang mulai dimilikinya. Pemahaman akan diri sendiri juga membuatnya mulai merasa malu, gugup, ataupun takut, ketika menemui orang asing. Rasa malu maupun takut tersebut juga disebabkan oleh kemampuannya dalam menghafal orang-orang yang ia sukai.
Satu hal lagi yang penting untuk diketahui adalah: Bayi usia 6-12 bulan pun sudah memiliki beragam mood (suasana hati) dan anxiety (kecemasan). Maka, Moms harus bersiap untuk menghadapi mood swing Si Kecil yang mungkin sering terjadi tanpa bisa Anda prediksi. (M&B/Tiffany/SW/Dok. Freepik)