Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Bermain di Luar Jauhi Risiko Miopi

Bermain di Luar Jauhi Risiko Miopi

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Jangan batasi anak bermain di luar ya, Moms! Pasalnya, sebuah studi yang dilakukan oleh Cambridge University, Inggris, menjelaskan bahwa setiap jam yang dihabiskan anak saat bermain di luar mampu mengurangi risiko masalah penglihatan sebanyak 2 persen.

 

Studi yang dilakukan sebanyak 8 kali dan melibatkan 10.400 partisipan tersebut menghubungkan miopi atau rabun jauh yang terjadi pada anak dengan berapa jam mereka menghabiskan waktu bermain di luar. Hasilnya adalah anak-anak yang rabun jauh menghabiskan waktu bermain di luar hanya sekitar 3,7 jam dalam seminggu daripada anak-anak yang penglihatannya normal. Kemudian juga disebutkan selain penyakit turunan, miopi dapat terjadi bila sering melakukan aktivitas di dalam rumah, seperti membaca, bermain komputer, serta kegiatan lain yang membutuhkan fokus pada objek dekat dalam jangka waktu yang lama.

 

Para pemimpin penelitian, yaitu Dr Justin Sherwin dan Dr Anthony Khawaja, mempublikasikan penemuan ini di American Academy of Opthalmology. Mereka menyarankan paparan sinar ultraviolet (UV) saat berada di luar ruangan merupakan kunci untuk mengatasi risiko miopi. “Miopi bisa terjadi karena kurang cukup mendapatkan paparan sinar UV. Selain itu juga bisa karena kurangnya menghabiskan waktu melihat dalam jarak pandang yang luas atau sedikit melakukan aktivitas fisik,“ ungkap Dr Sherwin.

 

Dilansir melalui M&B AU, Australia, Cina, dan Singapura adalah beberapa negara dengan masyarakat penderita miopi tertinggi di dunia. Meski begitu, para partisipan studi yang berasal dari Australia memiliki penglihatan yang lebih baik dari 2 negara lainnya.

 

“Sejujurnya kami belum mengetahui secara pasti mengapa bisa begitu, tapi melihat tingginya nilai akademis orang-orang di negara tersebut diasumsikan mereka menghabiskan waktunya dengan membaca,“ jelas Profesor Paul Foster yang ikut serta dalam projek Cambridge. (Sagar/OCH/Dok. M&B)