Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Menjaga kesehatan selama kehamilan adalah hal yang penting dilakukan ibu hamil agar bayi yang dikandung bisa lahir dalam keadaan sehat. Kendati demikian, beberapa bayi harus mengalami masalah kesehatan saat mereka dilahirkan. Salah satu masalah kesehatan yang bisa diderita bayi baru lahir adalah grey baby syndrome. Yuk, kenali lebih jauh seputar penyakit yang satu ini, Moms!
Apa Itu Grey Baby Syndrome?
Melansir Healthline, grey baby syndrome merupakan kondisi langka yang kerap menyerang bayi baru lahir dan anak-anak hingga usia 2 tahun. Penyakit ini bisa berpotensi fatal dan mengakibatkan efek serius pada bayi. Seperti namanya, gejala khas bayi yang terkena gangguan ini kulitnya akan terlihat berwarna keabu-abuan.
Penyebab Grey Baby Syndrome
Grey baby syndrome sendiri merupakan efek samping potensial dari antibiotik kloramfenikol. Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi pada ibu hamil, seperti meningitis bakteri. Beberapa dokter merekomendasikan perawatan ini jika antibiotik lain, seperti penisilin, tidak memberikan respons terhadap infeksi yang terjadi. Obat ini lalu diteruskan ke janin melalui aliran darah ke plasenta. Ibu menyusui yang diberi kloramfenikol juga dapat menularkan pada bayinya lewat ASI.
Antibiotik ini berbahaya bagi bayi karena tingkat toksisitasnya yang tinggi. Sayangnya, bayi sendiri tidak memiliki enzim hati yang diperlukan untuk memetabolisme atau memecah obat ini dalam dosis besar. Karena tubuh mereka tidak dapat mengurai obat tersebut, tingkat racun dari antibiotik dapat menumpuk di aliran darah mereka.
Gejala Grey Baby Syndrome
Biasanya gejala grey baby syndrome akan muncul dalam 2 hingga 9 hari setelah ibu hamil menjalani pengobatan kloramfenikol. Selain gejala khas berupa warna kulit bayi yang keabu-abuan, kadar racun kloramfenikol yang menumpuk di aliran darah bayi dapat memunculkan gejala lain yang bervariasi, seperti muntah, tekanan darah rendah, hipotermia, detak jantung tak teratur, pembengkakan perut, kotoran bayi berwarna hijau, dan Si Kecil mengalami kesulitan bernapas.
Jika bayi Anda mengalami gejala grey baby syndrome setelah terpapar kloramfenikol, segera cari bantuan medis, karena jika tidak mendapat penanganan dan diobati dengan cepat, sindrom ini dapat menimbulkan sejumlah komplikasi yang bisa menyebabkan kematian dalam beberapa jam.
Penanganan Grey Baby Syndrome pada Bayi
Kabar baiknya, sindrom ini bisa disembuhkan jika Moms langsung segera mencari bantuan medis sejak dini. Yang perlu Anda perhatikan, segera berkonsultasi dengan dokter jika bayi Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala grey baby syndrome ya, Moms.
Untuk penanganannya sendiri, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengamati gejala yang terjadi pada bayi. Dokter juga mungkin akan menanyakan apakah Anda atau Si Kecil terkena paparan kloramfenikol. Jika Anda ternyata mengonsumsi kloramfenikol, Anda harus segera berhenti menyusui Si Kecil untuk beberapa saat.
Kemungkinan besar bayi Anda akan dirawat di rumah sakit setelah didiagnosis menderita grey baby syndrome. Ini diperlukan agar dokter dapat memantau kondisi bayi Anda dengan cermat. Dokter juga akan meminta Anda menghentikan pemberian obat-obatan yang mengandung kloramfenikol pada bayi. Setelah menghentikan penggunaan kloramfenikol, dokter juga mungkin akan merekomendasikan berbagai perawatan untuk mempercepat kesembuhan Si Kecil. (M&B/SW/Dok. Freepik)