Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Ibu Juga Boleh Marah, Kok! Ini Cara Bijak Mengatasinya

Ibu Juga Boleh Marah, Kok! Ini Cara Bijak Mengatasinya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Sebagai manusia biasa, Moms tentu juga punya batas kesabaran dalam menahan emosi. Namun, banyaknya aktivitas yang mesti dilakukan, mulai dari menyelesaikan pekerjaan yang tak ada habis-habisnya dan mesti mengurus dan merawat anak sepanjang waktu, semuanya bisa melelahkan Anda bahkan membuat Anda jadi emosi.

Alhasil, situasi ini pun membuat Moms akhirnya meluapkan emosi dengan marah-marah pada anak maupun orang di rumah. Anda tentu merasa menyesal setelah melakukannya, tetapi emosi yang dirasakan sudah tidak dapat dibendung lagi, sehingga akhirnya meluap laksana air bah.

Moms tidak sendirian, kok. Kondisi ini juga dialami oleh banyak orang tua lain, terutama di masa pandemi ini. Masalahnya, jika Anda sudah telanjur emosi dan marah-marah, bagaimana cara menghadapi hal ini agar tidak menjadi lebih parah, baik pada diri Anda sendiri maupun terhadap anak?

5 Langkah Hadapi Amarah


Banyak pengamat yang mengungkapkan bahwa masa pandemi akibat COVID-19 memang memengaruhi berbagai sisi. Tak hanya soal anak dan pendidikan, bahkan ketidakstabilan ekonomi dalam keluarga sangat berdampak pada kehidupan setiap keluarga.

"Dalam hal ekonomi, Anda perlu memilih antara anak atau pekerjaan. Anda tidak bisa memiliki keduanya," tukas Deb Perelman, seorang psikolog, seperti dilansir dari New York Times. Menurutnya, perjuangan orang tua selama pandemi ini memang menguras tenaga dan tidak aneh jika emosi pun lebih sering meluap, bahkan pada anak-anak.

Meski Moms jadi merasa tidak baik akan hal ini, namun ada cara untuk mengatasinya, seperti yang disarankan dari oleh Rebecca Schrag Hershberg, PhD, psikolog dari Motherly berikut ini:

1. Penerimaan "Radikal"

Istilah ini rasanya terkesan ektrem, tetapi Anda diajak untuk menerima setiap situasi dengan terbuka. Menurut psikolog Tara Brach, ada 2 hal yang saling bergantung terkait penerimaan radikal, yaitu melihat pengalaman secara jelas dan menghadapi masalah meski dengan amarah.

Pasalnya, hal yang terjadi saat ini memang nyata terjadi dan itu harus diakui dulu. Apabila kondisi ini menimbulkan amarah, biarkan itu keluar supaya nantinya Anda dapat menghadapi masa sulit ini dengan hati yang lebih terbuka.

2. Melengkapi Daya Juang

Amarah nyatanya menjadi salah satu emosi yang membuat kita lebih siap untuk menghadapi ancaman atau kondisi yang membuat Anda tidak nyaman. Dengan adanya emosi ini, maka fisik akan melepaskan energi yang bisa menimbulkan stres. Maka, jika Anda mengizinkan tubuh untuk mengeluarkan amarah, hal ini akan sangat membantu mengembalikan perasaan tenang dalam diri.

3. Menyalurkan Emosi

Cara menyalurkan amarah ini tidak harus selalu dengan mengomeli anak kok, Moms. Anda bisa menyalurkan emosi dengan berteriak di balik bantal atau berolahraga kardio yang membutuhkan energi cukup besar. Anda juga bisa mengeluarkan energi ini dengan mendengarkan lagu sambil berjoget bersama Si Kecil, lho. Jadi seru, kan?

4. Mencari Sudut Pandang Lain

Melepaskan amarah tak harus selalu dari sisi negatif. Moms bisa mencari ketenangan dari hal-hal kecil yang mungkin tidak disadari sebelumnya. Contoh yang bisa dilakukan adalah menatap manisnya wajah Si Kecil yang sedang tidur. Melihat foto serta videonya saat bertingkah lucu dan menggemaskan, hingga memperhatikan karya buatan Si Kecil. Semua hal tersebut bisa menimbulkan rasa tenang dalam hati.

5. Meminta Maaf

Ketika akhirnya Anda sulit menahan amarah dan melampiaskannya pada Si Kecil, tidak apa-apa. Akui kesalahan Moms dan meminta maaf padanya. Jika perlu, sampaikan bahwa kondisi Anda sedang lelah dan akhirnya menjadi marah saat ia mulai sulit diatur. Dengan kebesaran hati untuk mengatakannya, anak juga jadi belajar untuk bisa memahami emosi serta mengungkapkannya secara tepat. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)