Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Cara Jitu Neea Elvira Atasi Tantangan di Masa Pandemi

Cara Jitu Neea Elvira Atasi Tantangan di Masa Pandemi

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Tidak mudah melalui masa pandemi COVID-19 ini. Setiap orang menghadapi tantangan yang berbeda. Bagi para Moms, salah satu tantangan terbesarnya adalah menjaga agar mood seluruh anggota keluarga tetap baik selama di rumah saja.

Tentu saja, menjaga emosi tetap stabil tidak selalu mudah untuk dilakukan. Hal yang sama juga dirasakan oleh Neea Elvira (38), penyiar radio Cosmopolitan FM, MC, sekaligus ibu dari Anata Hideo (4). Sebagai ibu bekerja, Neea harus lebih lihai membagi konsentrasi antara pekerjaan serta mengawasi Si Kecil yang harus bersekolah di rumah.

Lantas bagaimana tips Neea agar kehidupan berjalan lancar selama pandemi? Yuk, simak wawancara M&B dengan Neea Elvira berikut ini.

Bagaimana keseharian selama pandemi? Apakah tetap bekerja di luar atau hanya di rumah saja?

Kehidupan selama pandemi lebih menantang pastinya. Pada awal pandemi, beberapa pekerjaan dihentikan. Tapi untungnya siaran radio bisa dilakukan dari rumah. Setelah Lebaran, pekerjaan mulai berdatangan lagi. Hanya tentu saja, saya harus benar-benar memilih dan hanya mau bekerja di luar yang memang menerapkan protokol kesehatan, seperti ada rapid test dan jumlah orang terbatas. Ya, seperti menjadi MC untuk semacam acara virtual. Soalnya, saya memiliki anak jadi harus selalu memikirkan protokol kesehatan.


Bagaimana dengan Hideo? Apakah keseharian selama pandemi memengaruhinya?

Sebenarnya, tepat sebelum pandemi kami sempat bepergian ke beberapa tempat, seperti Yogyakarta dan Jepang. Jadi ya, setidaknya kami sudah cukup puas berlibur. Dan Hideo merasa bosannya lebih karena dia kangen teman-temannya, kangen sepupunya. Tapi akhir-akhir ini, Hideo bisa bertemu dengan sepupunya. Kadang mereka yang datang ke rumah, atau saya yang membawa Hideo ke rumah mereka.

Nah, tantangan terbesar justru mendampingi Hideo home learning atau sekolah di rumah. Pasalnya, Hideo termasuk anak kinestetik banget jadi ia sulit untuk belajar fokus hanya dengan duduk di depan laptop. Sebelumnya, dia hanya mengenal laptop untuk screen time, seperti menonton video, YouTube, dan lain sebagainya. Jadi terkadang dia tidak mau duduk belajar menggunakan laptop.

Namun di usianya yang baru 4 tahun, saya juga tidak bisa memaksanya untuk melakukan segala hal dengan benar. Dia mau duduk lima menit saja, menurut saya sudah alhamdulillah. Yang terpenting berkomunikasi saja dengan gurunya. Memberitahu kalau anaknya memang tidak mau sekolah.


Apa saja kegiatan di rumah guna mengusir bosan selama pandemi?

Kalau Hideo lebih suka main Lego atau Playdoh. Kami sempat encourage dia buat main skateboard, tapi ternyata dia belum tertarik. Justru Hideo saat ini lebih menjadi "anak rumahan". Dia lebih menikmati berada di rumah. Mungkin karena dia menikmati orang tuanya berada di rumah bersamanya.

Selain itu, Hideo sepertinya lagi berada dalam fase meniru ayahnya. Dia lagi suka main game bersama ayahnya. Awalnya sih, saya sempat khawatir. Tapi ternyata dengan main game, Hideo bisa lebih bereksplorasi karena game yang dimainkan pun seperti Minecraft yang membangun sesuatu. Satu lagi, selama di rumah Hideo juga jadi suka membantu ibunya beres-beres, lho.

Masih ingat momen kehamilan dan persalinan Hideo? Apa pengalaman paling tak terlupakan?

Hideo itu tak sabar ingin melihat dunia. Jadi dia lahir lebih cepat, pada usia 35 minggu. Jadi air ketuban pecah di rumah, lalu saya ke rumah sakit dan ternyata anaknya memang sudah tak sabar untuk lahir. Kebetulan berat badannya juga sudah mencukupi, yaitu 3,3 kilo. Jadi oleh dokter hanya dikasih obat penguat paru-paru dan diobservasi selama 24 jam. Setelah itu dilakukan operasi caesar karena kalau menunggu dua minggu lagi, dikhawatirkan air ketubannya kering dan menjadi racun untuk anaknya.

Rasa takut pastinya ada, tapi saya tipe orang yang pasrah. Yang paling kepikiran, saya sebenarnya ingin sekali lahiran dengan cara normal. Padahal sudah tahu dari dokter sejak usia kandungan 27 minggu, bayinya dalam posisi melintang dan sungsang sehingga berpotensi caesar. Segala cara sudah saya lakukan mulai dari yoga, senam hamil, sampai jalan kaki setiap pagi, tapi ya, rezekinya memang lahir melalui operasi caesar, ya.

Dan selama kehamilan, saya sepertinya tidak ngidam apa-apa. Malah suami yang ngidam. Saya inget banget, suami tuh tidak suka kepiting karena makannya ribet tapi tiba-tiba ingin kepiting saat saya hamil.


Pernah mengalami kendala saat menjalani peran sebagai ibu?

Alhamdulillah, saya memiliki suami yang cukup kooperatif jadi tidak banyak kendalanya. Seperti pada masa pandemi ini, kami bisa melaluinya meski tanpa ART. Kebetulan saya dan suami sama-sama bekerja freelancer. Jika ada pekerjaan di luar rumah, jadinya kami berdua bergantian. Diatur saja, misalnya saya kerja, berarti suami di rumah bersama anak dan begitu sebaliknya. Hanya selama pandemi ini ya, paling level stres saja yang sedikit meningkat. Mungkin karena rasa bosan dan sedih karena tidak bisa bepergian bersama-sama lagi.

Gaya parenting seperti apa yang diterapkan di rumah?

Kalau saya sepertinya, setengah-setengah ya. Kadang galak, kadang tidak. Tergantung mood hehehe... Saya tipikal orang yang terserah anak mau apa. Dalam arti terserah tapi ada persyaratannya. Misalnya Hideo bilang, "Aku mau cokelat!", ya saya bilang "Boleh, tapi habis itu makan nasi, ya".

Jadi saya tetap menerapkan peraturan, hanya disesuaikan juga dengan kemampuan anak. Saya tidak memaksa anak jika tidak mau, tapi lebih diberitahu secara pelan-pelan. Soalnya Hideo termasuk anak yang persistent. Dia memang terlihat lembut, tapi kalau sudah memiliki keinginan agak sulit meredamnya. Jadi harus diberitahu secara pelan-pelan.


Ada tips mendampingi anak selama pandemi untuk Moms lainnya?

Saya sih let it flow saja. Saya tidak punya tips yang muluk karena takutnya kalau saya memiliki goal tertentu dan tidak bisa memenuhi, justru bisa membuat stres. Dan saya juga tidak mau membuat anak stres. Jadi saya benar-benar mengikuti kemauan anak, dalam arti sesuai dengan batasan-batasan yang positif saja. Dan jangan lupa, meminta pasangan untuk bekerja sama dalam mendampingi anak selama masa pandemi karena anak adalah tanggung jawab ayah dan ibunya. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Neea Elvira)