Type Keyword(s) to Search
BABY

Bayi Mencret, Kapan Harus Dibawa ke Dokter?

Bayi Mencret, Kapan Harus Dibawa ke Dokter?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Sebagai seorang ibu baru, merawat bayi memang merupakan pengalaman yang tricky. Hal sekecil apa pun yang dialami bayi bisa menjadi kecurigaan bagi kita, apakah Si Kecil baik-baik saja atau ia kemungkinan mengalami masalah? Semua perubahan yang terjadi pada bayi akan Anda perhatikan, termasuk mungkin juga kotoran Si Kecil ya, Moms.

Bisa jadi suatu hari, Anda khawatir ketika mendapati kotoran Si Kecil tampak lembut dan cenderung cair, atau seperti mencret. Sebenarnya hal ini termasuk normal, tapi sebelumnya Moms perlu tahu karakteristik mana yang normal dan mana yang menunjukkan bahaya. Untuk itu, yuk simak penjelasan berikut, Moms!

Perlu diketahui, feses bayi bisa memiliki banyak tekstur, warna, dan bau yang berbeda, tergantung pada apa yang ia konsumsi (ASI, susu formula, atau makanan padat). Feses normal bayi umumnya berwarna kekuningan atau kecokelatan, bertekstur lembut, dan cair.

Namun terkadang, bayi memang mengeluarkan tinja yang lebih cair daripada biasanya. Hal ini tentu membuat Moms merasa kesulitan untuk membedakan apakah Si Kecil mengalami diare atau hanya buang air besar yang lebih lunak dari biasanya.

Perlu Segera ke Dokter, Jika...

Terkadang memang sulit membedakan kotoran bayi yang normal dengan diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang kerap dialami bayi. Maklum saja, mengingat pencernaan Si Kecil belum berfungsi dengan sempurna sehingga masih rentan terganggu oleh beberapa jenis makanan, minuman, atau bakteri.

Akan tetapi, jika ternyata Si Kecil mengalami diare, maka Moms perlu segera membawanya ke dokter. Pasalnya, diare merupakan salah satu penyebab kematian bayi tertinggi di Indonesia. Kasus kematian bayi usia 29 hari sampai 11 bulan akibat diare di Indonesia mencapai angka 30%.

Beberapa tanda jika Si Kecil mengalami diare antara lain adalah frekuensi buang air besar bertambah, kuantitas kotoran meningkat, bayi tampak lemas, dan tinja juga tampak jauh lebih cair daripada biasanya.

Selain itu, Si Kecil juga perlu segera mendapatkan penanganan dari dokter jika mengalami diare disertai dengan demam, muntah, nafsu makan menurun, mudah rewel, berusia kurang dari 6 bulan, terdapat darah atau lendir, serta menunjukkan tanda dehidrasi (mulut kering dan tidak pipis dalam jangka waktu 3 jam).

Penyebab diare dapat bervariasi. Infeksi oleh kuman (bakteri, virus, dan parasit), alergi makanan, reaksi obat, serta keracunan adalah beberapa penyebab umum diare pada bayi. Diare sangat berbahaya bagi bayi karena dapat dengan cepat menyebabkan dehidrasi. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter sangatlah diperlukan untuk menentukan cara penanganan yang tepat.

Tak Perlu ke Dokter, Jika...

Di awal kehidupannya, Si Kecil akan buang air besar dalam rupa cenderung encer dan dengan frekuensi yang cukup sering (4-5 kali sehari). Seiring dengan berjalannya waktu, kotoran akan tampak lebih mengeras dan Si Kecil akan mulai jarang buang air besar (1-2 kali sehari).

Si Kecil yang menyusu ASI akan mengeluarkan kotoran yang lembut bahkan encer, berwarna kuning muda, dan terdapat tekstur kecil-kecil yang tampak seperti biji. Ia dapat buang air besar setiap setelah menyusu.

Sedangkan Si Kecil yang mengonsumsi susu formula akan mengeluarkan kotoran yang berwarna kuning kecokelatan dan kental layaknya selai kacang. Kotoran yang berwarna kehijauan masih termasuk wajar, asalkan proses makan Si Kecil tidak terhambat dan tumbuh normal. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)