Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Sistem reproduksi wanita kerap menjadi organ tubuh yang terabaikan. Padahal, cukup banyak masalah yang bisa terjadi pada sistem reproduksi ini. Salah satunya adalah miom.
Memiliki nama lain mioma, fibroid, fibromioma, atau leimioma, miom merupakan kondisi adanya pertumbuhan sel tumor di dalam atau di sekitar rahim (uterus) yang tidak bersifat ganas. Miom berasal dari sel otot rahim yang mulai tumbuh secara abnormal. Pertumbuhan abnormal inilah yang pada akhirnya membentuk tumor jinak dengan ukuran berkisar 1 milimeter hingga 20 sentimeter.
Perbedaan Jenis Miom
Miom pada rahim dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan lokasi tumbuhnya, yaitu:
1. Subserous, miom yang tumbuh pada bagian luar dinding rahim ke rongga panggul. Jenis ini dapat tumbuh dan menyebar ke bagian luar rahim.
2. Submukosa, miom yang tumbuh pada lapisan otot bagian dalam dari dinding rahim. Miom jenis ini bisa tumbuh besar. Apabila hal ini terjadi, maka berpotensi memengaruhi siklus menstruasi dan bisa mengakibatkan pendarahan serta komplikasi serius lainnya, seperti risiko keguguran dan kemandulan.
3. Pedunculates, miom yang tumbuh pada barang kecil di dalam atau di luar rahim.
4. Intramural, miom yang tumbuh di antara jaringan otot rahim. Lokasi ini merupakan tempat yang paling umum untuk terbentuknya miom. Perlu diketahui, miom juga memungkinkan untuk memperbesar ukuran rahim.
Gejala Miom
Pada umumnya, keberadaan miom pada rahim wanita tidak menimbulkan gejala tertentu. Bahkan disinyalir hanya 25 persen kasus miom yang menimbulkan gejala, seperti:
⢠Perut membesar dan terasa sakit.
⢠Mengalami sembelit atau kembung.
⢠Mengalami rasa nyeri saat berhubungan intim.
⢠Mengalami nyeri atau adanya tekanan pada bagian panggul.
⢠Mengalami nyeri pada bagian belakang kaki.
⢠Siklus menstruasi yang tidak teratur.
⢠Sering buang air kecil. Kondisi ini disebabkan adanya tekanan miom pada kandung kemih.
⢠Konstipasi. Kondisi ini terjadi ketika miom menekan bagian usus besar atau rektum.
Anda perlu segera berkonsultasi jika merasakan gejala tersebut. Meski dianggap tidak berbahaya, tapi miom bisa menimbulkan rasa tidak nyaman hingga potensi perdarahan hebat.
Faktor Risiko
Hingga kini, penyebab kemunculan miom pada rahim belum diketahui secara pasti. Akan tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada kemungkinan pertumbuhan miom terkait dengan kadar hormon estrogen pada wanita. Hormon estrogen merupakan hormon reproduksi wanita yang diproduksi oleh indung telur.
Miom bisa dialami perempuan dengan rentang usia 16 hingga 50 tahun, atau saat tingkat estrogen dalam tubuh tengah berada pada titik tertinggi. Kondisi ini berangsur menurun ketika seorang wanita sudah mengalami menopause.
Selain faktor estrogen, ada beberapa faktor yang dianggap bisa meningkatkan risiko tumbuhnya miom pada rahim, yaitu:
⢠Wanita yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan.
⢠Wanita yang memiliki riwayat penyakit miom dalam keluarga.
⢠Wanita yang mengalami menstruasi terlalu dini.
⢠Wanita dengan kadar estrogen yang tidak normal karena kondisi medis atau penggunaan obat-obatan tertentu.
⢠Wanita yang terlalu banyak mengonsumsi daging merah dan kurang asupan sayuran hijau, susu, serta buah-buahan.
Miom memang bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi penerapan gaya hidup sehat dan asupan gizi yang seimbang dianggap mampu menurunkan tingkat risiko seorang wanita untuk mengalami penyakit miom. Jadi jaga selalu kesehatan rahim Anda dengan menerapkan pola hidup sehat ya, Moms! (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)