Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Penyakit Imunodefisiensi Primer pada Anak

Mengenal Penyakit Imunodefisiensi Primer pada Anak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, seperti kita tahu bahwa imunitas dalam tubuh memiliki peran penting. Sistem imun sendiri terdiri dari sekumpulan sel, jaringan, dan molekul yang fungsinya untuk pertahanan terhadap infeksi. Jika semua komponen ini bekerja sama dan membuat sistem imun kuat, maka tubuh akan kuat melawan virus dan bakteri yang bisa menyebabkan penyakit ringan maupun berbahaya sekalipun.

Namun, sistem imun ini bisa saja rusak, tidak ada, atau tidak berfungsi dengan baik hingga infeksi akan mudah terjadi. Dan apabila ada kerusakan pada satu atau beberapa komponen sistem imun, kondisi ini disebut sebagai penyakit imunodefisiensi primer.

Jenis-jenis Imunodefisiensi Primer

Data yang dilansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa sekitar 6 juta orang diperkirakan menderita imunodefisiensi, namun hanya 27.000-60.000 orang yang baru teridentifikasi. Sebab, kondisi ini sendiri menjadi salah satu penyakit kronis yang langka.

Penyebabnya adalah faktor genetik, sehingga dapat dipastikan bahwa penyakit ini tidak menular. Imunodefisiensi primer ini juga bisa dialami anak-anak hingga dewasa, dengan gejala yang bervariasi karena tergantung pada komponen sistem kekebalan tubuh yang terkena. Setidaknya ada tiga jenis yang berbeda:

• Apabila kerusakan terjadi di sel B dan sel T, maka gejala infeksi dari penyakit ini sudah tampak pada bayi di bawah usia 6 bulan. Kondisi ini disebut severe combined immunodeficiency, di mana tidak ada pertahanan dari dalam tubuhnya.

• Jika kerusakan terjadi pada imunitas humoral (diferensiasi sel B dan produksi immunoglobulin), maka gejalanya timbul saat anak berusia di atas 6 bulan. Gejala tersebut terutama tampak di saluran nafas, seperti terjadi infeksi sinus, telinga dan bronkiektasis yang diakibatkan oleh kuman berkapsul.

• Selain dua kondisi di atas, ada juga chronic granulomatous disease atau penyakit yang disebabkan defisiensi nicotinamide adenine dinucleotide phosphate oxidase pada fagosit. Kondisi ini menyebabkan terjadinya gangguan eliminasi kuman ekstrasel seperti bakteri dan jamur.

Waspadai Gejala Ini pada Anak!


Penyakit imunodefisiensi primer akan semakin terlihat ketika anak-anak masuk usia pra-sekolah. Terdapat beberapa tanda atau gejala dari penyakit ini yang bisa Moms waspadai saat Si Kecil mengalaminya. The Jeffrey Modell Foundation pun mengembangkan gejala-gejala tersebut, di antaranya:

• Empat atau lebih infeksi baru pada telinga dalam satu tahun.

• Dua atau lebih infeksi sinus yang serius dalam satu tahun.

• Penggunaan antibiotik selama dua bulan atau lebih tanpa ada efek apa pun.

• Dua atau lebih pneumonia dalam satu tahun.

• Berat badan tidak naik-naik atau gagal tumbuh pada bayi.

• Abses (benjolan berisi nanah) berulang pada organ atau jaringan kulit.

• Infeksi jamur yang menetap pada kulit dan mulut.

• Perlu antibiotik intravena untuk membasmi infeksi.

• Dua atau lebih infeksi organ dalam atau sepsis.

• Riwayat keluarga dengan imunodefisiensi.

Jika anak mengalami dua atau lebih dari gejala di atas, maka Moms sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli imunologi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Lakukan sesegera mungkin karena diagnosis yang terlambat dapat meningkatkan keparahan infeksi hingga terjadi kerusakan pada organ tertentu secara permanen.

Sebagai langkah pemeriksaan, riwayat kesehatan anak dan keluarga besar akan ditelusuri. Kemudian, pemeriksaan fisik dan laboratorium hingga radiologi akan dilakukan setelahnya. Pengobatan akan diberikan sesuai dengan jenis kelainan yang terjadi pada anak, seperti pemberian antibiotik untuk pencegahan jangka panjang hingga tindakan operasi jika sangat dibutuhkan. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)