Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Berbahayakah Jika Anak Menelan Permen Karet?

Berbahayakah Jika Anak Menelan Permen Karet?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Permen karet sangat disukai oleh banyak orang dari segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Ya, mengunyah permen karet memang bisa jadi kegiatan yang menyenangkan dan dapat menghilangkan rasa bosan atau mengantuk saat sedang melakukan sesuatu.

Permen karet dibuat memang untuk dikunyah dan bukan ditelan. Moms juga mungkin sering mengingatkan anak saat ia makan permen karet, untuk tidak menelannya. Meskipun begitu, banyak anak yang tidak sengaja menelan permen karet dan hal ini termasuk cukup sering terjadi.

Apakah permen karet yang tertelan dapat berbahaya bagi tubuh Si Kecil? Anda mungkin sering mendengar mitos yang mengatakan bahwa usus anak tidak bisa mencerna permen karet, sehingga permen karet yang tertelan akan tinggal di dalam tubuhnya seumur hidup! Mengerikan sekali, ya? Tapi, apa benar seperti itu? Yuk, simak penjelasannya berikut.

Permen Karet yang Tertelan Tidak Berbahaya bagi Tubuh

Walau terbuat dari bahan sintetis dan tidak bisa dicerna oleh tubuh, permen karet yang tertelan tidak akan menetap di dalam tubuh selamanya, Moms. Menurut laman Kids Health, permen karet memang tidak bisa dicerna semudah mencerna makanan lain, namun sistem pencernaan anak bisa 'mengusir' permen karet, kok.

Pada saat permen karet tertelan, pertama-tama usus akan menyerap berbagai zat yang terkandung, seperti gula. Setelah itu, sistem pencernaan langsung menggerakkannya menuju pembuangan, alias dikeluarkan bersamaan dengan tinja. Dengan kata lain, permen karet itu akan keluar saat anak buang air besar (BAB), bersama dengan sisa makanan lainnya.

Sebagai informasi, permen karet terbuat dari materi natural atau sintetis bernama gum resin, pengawet, perasa, dan pemanis. Tubuh manusia memang tidak bisa mencerna gum resin, namun ini bisa didorong hingga tidak bersarang di saluran cerna berkat gerakan peristaltik (gerakan mendorong alami). Perjalanan gum resin tersebut akan 'terusir' dari perut anak, saat ia BAB.

Melansir WebMD, Robynne Chutkan, MD, ahli gastrologi dan asisten profesor medikasi di Georgetown University, mengatakan, "Memang benar hampir seluruh komponen permen karet tidak alami dan kita tidak memiliki enzim yang bisa mengurainya, tapi permen karet dapat melewati usus dan masuk ke dalam sistem pembuangan di usus besar, di mana ia dicampur dengan kotoran lainnya dan diekresikan."

Proses ini tidak membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun, karena dalam kurun beberapa hari permen karet akan keluar bersama dengan materi lain yang tidak bisa diproses tubuh, seperti biji bunga matahari atau biji cabai, dalam bentuk tinja. Jadi, Moms tak perlu khawatir berlebihan, ya.

Yang Perlu Diperhatikan

Permen karet yang tertelan memang tidak berbahaya. Tapi, jika permen karet tertelan sering dialami anak atau terjadi terus-menerus dalam jumlah yang banyak, maka bisa saja muncul risiko penyumbatan pada saluran pencernaan Si Kecil.

Selain itu, memberikan permen karet pada anak balita juga merupakan perhatian tersendiri. Pasalnya, pemberian permen karet pada anak harus diiringi dengan pemahaman bahwa ia tidak bisa dan tidak boleh menelan permen karet. Permen karet juga termasuk benda yang rawan tersedak. Bila Si Kecil belum cukup umur, maka ia berisiko mengalami tersedak saat mengunyah permen karet.

Jika Moms ingin memberikan permen karet pada anak, Anda boleh memberikannya saat Si Kecil sudah berusia lebih dari 5 tahun. Di usia tersebut, anak sudah mengerti konsep mengunyah permen karet, sudah bisa mengerti bahaya yang bisa terjadi jika menelan permen karet, dan sistem pencernaannya pun sudah lebih baik. Pastikan juga anak dalam pantauan orang tua ketika mereka mengonsumsi permen karet.

Tak hanya itu, permen karet yang mengandung sorbitol perlu dihindari karena dapat menyebabkan diare pada anak. Selalu pilih permen karet yang rendah atau tidak mengandung gula dan berbagai bahan kimia lain yang berbahaya ya, Moms.(Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)