Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Membuka Bisnis Keluarga, Ini yang Perlu Diperhatikan

Membuka Bisnis Keluarga, Ini yang Perlu Diperhatikan

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Membuka bisnis bersama keluarga dapat terdengar sebagai hal yang menyenangkan sekaligus menguntungkan, layaknya peribahasa "Sekali mengayuh, dua tiga pulau terlewati". Tapi tahukah Moms bahwa menjalani bisnis keluarga tak seindah dan semudah yang dibayangkan? Bila salah langkah, bukan hanya bisnis yang menjadi taruhannya, tapi hubungan antara anggota keluarga juga menjadi taruhannya.

Karena itu, ada beberapa hal yang perlu Moms pahami dan ketahui dulu sebelum memulai bisnis keluarga. Simak lebih lanjut di sini, Moms!

1. Bagikan Peran

Langkah ini mungkin merupakan salah satu langkah pertama yang perlu dan penting untuk dilakukan. Walaupun semua setuju bahwa menjalankan bisnis keluarga terdengar menyenangkan, tapi masing-masing pribadi tentu memiliki visi dan misinya sendiri. Tentukan peran masing-masing anggota keluarga yang ingin terlibat sejak awal, sehingga pembagian tugas dan tetek bengek lainnya dapat menyesuaikan dengan sendirinya.

2. Penyesuaian Kompensasi

Tentukan bagaiamana kompensasi diberikan. Apakah dalam bentuk gaji bulanan, tarif per jam, persentase keuntungan, atau hal-hal lainnya. Pastikan setiap pekerja atau pun anggota keluarga yang terlibat di dalam bisnis ini memahami mekanisme pemberian kompensasi tersebut.

3. Landasan Kepemilikan

Perlu disepakati bersama tentang kepemilikan bisnis sebelum usaha itu berjalan secara resmi. Tentukan  apakah anggota keluarga yang menjadi pekerja dibayarkan gaji atau berdasarkan persentase keuntungan? Selain itu, apa saja hak masing-masing anggota keluarga dalam menentukan masa depan bisnia? Hal-hal terperinci perlu disepakati atau masa depan bisnis dan keluarga yang menjadi taruhannya.

4. Rencana Detail

Jangan lupa untuk rencanakan secara detail bila ada anggota keluarga yang ingin keluar serta penerus bisnis sejak awal. Bila hal ini tidak dilakukan, maka mungkin ada anggota keluarga yang merasa kontribusinya lebih besar maupun berhutang sesuatu. Oleh karena itu, konsekuensi dan kompensasi bila ada anggota keluarga yang ingin keluar dari bisnis perlu disepakati sejak awal.

5. Memisahkan Kehidupan Keluarga

Karena ini adalah bisnis keluarga, Moms mungkin berpikir bahwa membawa obrolan perkembngan omset tetap dapat dilakukan pada resepsi pernikahan keponakan. Padahal ini malah dapat membuat komunikasi tidak efektif. Ingat bahwa ada pekerja lain yang bukan anggota keluarga yang juga perlu dilibatkan dalam diskusi bisnis Anda. Oleh karena itu, walau sulit, hindari obrolan bisnis selama 24/7, melainkan tetap jadwalkan acara temu bisnis bersama. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)