Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Tetap Waspada COVID-19, Kini Muncul Klaster Keluarga

Tetap Waspada COVID-19, Kini Muncul Klaster Keluarga

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Angka kasus positif COVID-19 di Indonesia masih terus meningkat setiap harinya. Hal ini disebabkan munculnya banyak klaster penularan baru, seperti klaster perkantoran, klaster keluarga, dan klaster pilkada.

Presiden RI Joko Widodo dalam Sidang Kabinet Paripurna bertema Penanganan Kesehatan dan Pemulihan Ekonomi untuk Penguatan Reformasi Tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, beberapa hari lalu mengingatkan kemunculan klaster-klaster baru dalam penularan virus corona penyebab COVID-19 tersebut.

Nah, dari 3 klaster baru ini, yang harus diwaspadai dan berpotensi menjadi penularan utama adalah klaster keluarga. Bisa dibilang, klaster keluarga adalah ujung dari klaster-klaster Covid-19 lainnya. klaster perkantoran, contohnya, bisa berujung menjadi klaster keluarga jika ada salah satu anggota keluarga terinveksi virus dari tempatnya bekerja lalu menularkan ke anggota keluarga lain, sehingga anggota keluarga dalam satu rumah tertular COVID-19.

Terkait klaster keluarga, Jokowi mengingatkan agar kita jangan merasa aman sesampainya di rumah. Sebab menurutnya, Justru di situlah kita harus hati-hati. Jokowi mengatakan klaster keluarga terjadi karena penularan yang berasal transportasi umum atau perkantoran. "Dalam perjalanan masuk kantor kita juga sudah merasa aman sehingga kita juga lupa di dalam kantor protokol kesehatan," tegasnya.

Bahayanya Klaster Keluarga

Dilansir dari CNBC Indonesia, terkait klaster keluarga, Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia, dr. Erlang Samoedro SpP(K) juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, klaster keluarga adalah kondisi di mana di dalam sebuah keluarga ada 1 kasus. Bisa dimulai dari siapa saja anggota keluarga yang bepergian atau bekerja di luar rumah.

Menurut dr. Erlang, klaster keluarga ini sangat berbahaya. Pasalnya, di dalam keluarga tersebut bisa saja ada orang-orang yang rentan seperti orang tua hingga anak-anak. "Ada beberapa kelompok rentan tertular. Mortalitas lebih tinggi, misalnya orang tua yang punya penyakit paru, asma, jantung, diabetes, itu sangat rentan," ujarnya.

Mengutip BBC News Indonesia, menurut data yang dihimpun platform edukasi Pandemic Talks, setidaknya ada 230 keluarga di lima kota besar di Indonesia, seperti Bekasi, Bogor, Yogyakarta, Semarang, dan Malang, diketahui saling menularkan virus corona ke anggota keluarga lainnya.

Pakar epidemiologi dari Griffith UNiversity, Australia, Dicky Budiman, menyebut klaster keluarga tersebut bisa berkontribusi hingga 85% terhadap peningkatan kasus positif COVID-19 di suatu negara jika tidak ada langkah cepat untuk mengatasi.

Menurut Dicky, keluarga menjadi tempat yang paling efektif dalam menyebarkan virus corona. Sebab mayoritas penderita COVID-19 tidak bergejala sehingga sangat mudah menginfeksi atau menularkan ke orang terdekat.

Cara Pencegahan Klaster Keluarga

Salah satu cara untuk mencegah penyebaran di klaster keluarga adalah dengan memperbanyak dan meningkatkan pengetesan serta pelacakan hingga ke tingkat RT/RW dan menempatkan seluruh pasien isolasi mandiri ke satu lokasi tertentu.

Mengutip Pandemic Talks, sulit untuk benar-benar menghilangkan kemungkinan tertular COVID-19. Meskipun begitu, setiap keluarga dapat meminimalkan risiko penularan dengan memperhatikan faktor VDJ, atau Ventilasi, Durasi dan Jarak.

Ventilasi berarti selalu menjaga udara segar mengalir masuk ke dalam rumah. Jangan sampai anggota keluarga berkumpul dalam ruangan tertutup yang mana di dalam keluarga tersebut ada individu yang rentan dan ada anggota keluarga yang sering keluar rumah.

Bagi anggota keluarga yang sering keluar rumah, diharapkan tinggal di kamar yang terpisah. Selain itu juga kurangi durasi interaksi dengan anggota keluarga yang lain. Terakhir, anggota keluarga yang sering keluar rumah harus menyadari pentingnya menjaga jarak dengan anggota keluarga yang lain, khususnya bila di dalam rumah ada lansia dan balita. (M&B/SW/Dok. Freepik)