Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Ketika anak melakukan sesuatu yang hebat, orang tua tentu tak kuasa menahan bangga. Ingin rasanya bilang ke semua orang tentang kehebatan Si Kecil, tapi takut dibilang suka pamer. Itu sebabnya banyak orang yang melakukan humble bragging atau cara pamer halus dengan pura-pura merendah.
Istilah humble bragging ini pertama kali dilontarkan oleh Harris Wittels, penulis komedi yang menulis buku Parks and Recreation. Menurut Harris, humble bragging adalah tipe spesifik pamer atau menyombongkan sesuatu, di mana orang bisa pamer tanpa perlu merasa bersalah atau malu. Dengan kata lain, humble bragging adalah cara menyamarkan pamer dengan kerendahan hati.
Apa sih contoh kalimat humble bragging yang sering dilontarkan para orang tua? Ini contohnya, Moms.
"Anakku kerjanya main terus! Makanya nilainya cuma 9."
Orang tua seperti ini sebenarnya cuma ingin menyombongkan nilai anaknya yang nyaris sempurna. Karena enggak mau dibilang sombong, maka disematkanlah kata-kata tambahan "Anakku kerjanya main terus!" di awal kalimat. Agak merendah, namun sisi pamernya muncul belakangan.
"Anakku suka banget makan sayur. Sampai bosan masaknya."
Pura-pura mengeluhkan bosan memasak sayur, demi pamer anaknya suka makan sayur di depan orang tua lain yang anaknya susah makan sayur. Daripada humble bragging seperti ini, mungkin lebih bermanfaat jika berbagi tips mengolah sayur yang disukai anak, ya.
"Heran! Tiap ke mal, orang-orang suka bilang anakku anak terlucu di dunia."
Ya, mungkin anaknya memang menggemaskan, tetapi haruskah pamer seperti itu? Semua anak kan memang lucu dan menggemaskan ya, Moms.
"Bingung, deh. Banyak yang bilang aku mirip ABG, padahal anakku sudah 3."
Entah kenapa kalimat seperti ini sering terucap ketika para Moms sedang berkumpul. Contoh humble bragging seperti ini umumnya diucapkan untuk mendapat pengukuhan dari orang lain kalau ia terlihat cantik dan awet muda walau setiap hari lelah mengurus 3 anak.
"Kenapa selalu anakku yang dikirim lomba, sih. Kaya enggak ada murid lain saja."
Ini contoh pamer terselubung untuk menunjukkan ke orang tua lain bahwa anaknya paling pintar atau berbakat, yang selalu diunggulkan sekolahnya untuk berlomba. Alih-alih langsung pamer, para pelaku humble bragging harus mengeluh dulu agar terlihat wajar saat menyombongkan kehebatan anaknya.
"Padahal anakku malas bergerak, kok bisa ya selalu juara 1 lomba lari."
Sebenarnya sih orang tua ini bangga banget anaknya meraih juara 1 saat lomba lari, tapi karena enggak mau terlihat pamer, maka muncul kalimat humble bragging seperti di atas. Padahal tanpa perlu disombongkan, orang tua murid lain juga bisa melihat piala yang dipegang Si Kecil.
"Bingung mau kasih les apa lagi ya untuk anakku? Semuanya bisa."
Orang tua dari anak yang cerdas berbakat terkadang suka tergoda untuk humble bragging seperti ini. Mereka sangat bangga dengan kecakapan anaknya mengolah minat dan bakat, maka ingin semua orang mengetahui hal ini dengan cara halus. Ya, tak salah kalau mereka bangga, namun lebih baik fokus mengembangkan minat dan bakat anak, daripada sibuk menyombongkannya ke orang lain, bukan? (Tiffany/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- humble bragging
- orang tua
- anak