Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa pernikahan atau perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun tentu saja, untuk mencapai kebahagiaan tersebut seringkali pasangan suami istri harus melalui berbagai ujian terlebih dahulu.
Ujian pernikahan bisa terjadi kapan saja, bisa pada awal masa pernikahan atau bahkan setelah puluhan tahun Anda meresmikan hubungan dengan pasangan. Bentuknya pun bisa bermacam-macam, ada yang ringan maupun berat. Berikut adalah ujian kesetiaan yang mungkin akan Anda temui dalam pernikahan.
1. Ujian Finansial
Inilah salah satu ujian yang paling sering terjadi pada pasangan suami istri. Tak jarang, pernikahan yang telah berlangsung cukup lama menjadi retak ketika kondisi keuangan tengah menurun. Berkurangnya kemampuan suami dalam memberi nafkah untuk istri kerap menjadi alasan terjadinya perceraian.
Namun ujian kesetiaan tidak hanya muncul ketika ekonomi keluarga tengah menurun. Ada kalanya, kondisi keuangan yang berlebihan juga bisa memicu salah satu pihak untuk melupakan janji suci mereka untuk selalu bersama.
2. Perubahan Bentuk Tubuh
Perubahan bentuk tubuh kerap terjadi seiring dengan bertambahnya usia, khususnya pada wanita. Setelah melahirkan seringkali seorang istri kesulitan untuk menjaga bentuk tubuhnya seperti sedia kala. Belum lagi kesibukan mengurus anak bisa membuat para Moms tidak memiliki waktu untuk berdandan atau pergi ke salon.
Dalam banyak kasus, perubahan bentuk tubuh para istri menjadi alasan bagi suami untuk berpaling ke lain hati. So Moms, usahakan untuk tetap menjaga diri sendiri di tengah kesibukan sebagai ibu rumah tangga. Hal ini bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya perselingkuhan.
3. Keturunan yang Tak Kunjung Datang
Salah satu tujuan dalam pernikahan adalah untuk memiliki keturunan. Sayang, tidak semua pasangan bisa mendapatkan keturunan dalam waktu cepat. Ada yang harus menunggu hingga puluhan tahun untuk menimang sang buah hati, dan sebagian harus menggunakan cara alternatif seperti adopsi agar bisa memiliki anak.
Penantian keturunan yang berkepanjangan kerap menguji kesetiaan pasangan suami dan istri. Tak sedikit suami atau istri yang memilih untuk bercerai dan menikah lagi dengan orang lain, ketika mengetahui pasangannya memiliki kesulitan untuk bisa punya anak.
4. Datangnya Musibah
Kecelakaan atau penyakit adalah musibah yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pada pasangan suami istri. Akibat dari musibah tersebut, seseorang bisa mengalami cacat atau ketidakmampuan secara fisik. Ada pula musibah berupa penyakit yang mengharuskan penderitanya untuk menjalani pengobatan berkepanjangan serta kehilangan kemampuan untuk bisa melalui kehidupan secara mandiri.
Nah di sinilah ujian kesetiaan kerap kali timbul. Ketika musibah terjadi pada suami atau istri, tak sedikit dari pasangan mereka yang mengaku tak mampu mendampingi sehingga memutuskan untuk berpisah.
5. Ujian Berupa Kesuksesan
Bukan hanya kemalangan, kesuksesan seseorang juga bisa menjadi ujian kesetiaan pasangan suami dan istri. Suami yang memiliki jabatan tinggi, kekuasaan, serta kondisi keuangan yang mapan bisa membuatnya tergiur untuk mencari cinta lain di luar rumah.
Namun perlu diketahui, hal ini tidak hanya terjadi pada suami. Istri yang memiliki kesuksesan atau bahkan penghasilan lebih tinggi dibandingkan suami juga kerap menghadapi ujian kesetiaan terhadap pasangannya.
6. Munculnya Perbedaan
Sesungguhnya, suami dan istri adalah sosok asing yang kerap memiliki perbedaan dalam sikap dan pemikiran. Banyak pasangan yang mampu meredam perbedaan tersebut, tapi tak sedikit pula yang harus berpisah karena mereka sudah tidak sejalan lagi. Perbedaan sudut pandang pada suami istri biasanya muncul setelah pernikahan berlangsung selama beberapa tahun.
7. Sikap Asli
Seringkali suami dan istri baru mengetahui sikap asli pasangannya setelah melangsungkan pernikahan. Ada yang bisa menerimanya dan ada pula yang memutuskan untuk mengakhiri pernikahan setelah mengetahui sikap asli pasangannya.
8. Campur Tangan Keluarga
Di Indonesia, campur tangan keluarga besar masih memiliki pengaruh kuat dalam pernikahan seseorang. Misalnya, mertua yang terlalu ingin ikut campur dalam kehidupan pernikahan anaknya sehingga bisa menjadi ujian berat bagi pasangan suami istri. Biasanya fenomena ini terjadi pada pasangan yang masih tinggal bersama atau berdekatan dengan orang tua dan keluarga besar.
Melalui ujian dalam pernikahan memang tidak mudah. Tentu saja diperlukan komitmen yang kuat bagi pasangan suami dan istri untuk selalu saling setia. Selain itu, setiap pasangan juga perlu bekerja sama dan saling instropeksi guna menghindari munculnya ujian yang bisa menimbulkan perpisahan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)