Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Tanda Depresi, Waspada Internalizing Behavior pada Anak!

Tanda Depresi, Waspada Internalizing Behavior pada Anak!

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Dengan segala pengalaman dan tekanan hidup yang dihadapi, orang dewasa memang disebut rentan mengalami depresi. Tapi ternyata tak hanya orang dewasa yang bisa depresi, anak-anak juga bisa mengalaminya lho, Moms.

Parameter yang bisa digunakan adalah dengan mendeteksi adanya gangguan perilaku yang dimiliki oleh seorang anak, dan salah satu gangguan perilaku yang berkaitan erat dengan depresi adalah internalizing behavior. Apa itu internalizing behavior? Kenali lebih lanjut lewat penjelasan berikut ini, Moms!

Gangguan Perilaku yang Sulit Dikenali

Menurut sebuah studi yang dimuat pada Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing pada tahun 2011, internalizing behavior pada anak merupakan gangguan perilaku diarahkan ke "dalam" serta merupakan indikasi psikologis dan emosional anak. Peneliti juga menyebutkan bahwa gangguan perilaku ini sangat berbahaya bagi anak dan dapat merugikan lingkungan di sekitarnya.

Gejalanya dapat muncul di awal kehidupan dan dapat bertahan hingga dewasa, menyebabkan seseorang hidup di dalam depresi, gangguan kecemasan, hingga tingginya risiko untuk bunuh diri. Namun karena diarahkan ke 'dalam' atau ke diri sendiri, perilaku ini seringkali tidak terlihat sehingga deteksi awal dapat terlewat.

Anak-anak dengan masalah internalizing behavior akan memendam seluruh pergumulan, kesusahan hati, dan emosinya untuk dirinya sendiri. Internalizing behavior juga ditemukan lebih banyak terjadi pada anak perempuan, dibandingkan dengan anak laki-laki.

Masalah perilaku ini juga dapat berkembang dan menyebabkan externalizing behavior, yakni gangguan perilaku yang diarahkan ke "luar" yang bisa berupa tindakan perusakan, kasar, dan merugikan lingkungannya.

Beberapa Contoh Perilaku

Melansir Very Well Mind, ada beberapa contoh internalizing behavior yang dapat terjadi pada anak, antara lain:

• Gemar menyendiri

• Selalu merasa sedih

• Selalu merasa kesepian

• Merasa tegang dan mudah rewel

• Tidak banyak bicara atau tidak bicara sama sekali

• Mengalami pusing, sakit perut, atau gejala fisik lain yang bila diperiksa tidak berkaitan dengan penyakit apa pun

• Memiliki masalah konsentrasi

• Selalu merasa ketakutan

• Merasa tidak dicintai atau tidak diinginkan

• Waktu tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit

• Makan dengan porsi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Cegah dengan Kasih Sayang

Penyebab pasti mengapa anak dapat mengalami hal ini belum diketahui secara pasti. Faktor genetik dan lingkungan disebut memegang peranan penting. Maka, hubungan dengan orang tua dan cara mengasuh anak dipercaya mampu membantu mencegah dan mengurangi risiko gangguan perilaku ini.

Rasa sayang dan kehangatan keluarga adalah cara pencegahan ampuh. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Simona Scaini, Sara Palmieri, dan Marcella Caputi pada tahun 2017, kehangatan keluarga, pengontrolan perilaku, pemberian autonomi pada anak, serta gaya parenting authoritative dapat mengurangi gejala atau intensitas internalizing behavior pada anak.

Sebaliknya, kontrol berlebihan oleh orang tua, kurangnya kehangatan pada keluarga, adanya sikap penolakan oleh keluarga, dan upaya proteksi yang berlebihan disebut dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang bisa berujung pada internalizing behavior. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)