Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Abon Memang Praktis dan Enak, Tapi Apakah Menyehatkan?

Abon Memang Praktis dan Enak, Tapi Apakah Menyehatkan?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Praktis dan rasanya enak, dua hal inilah yang membuat para Moms kerap menyediakan abon di rumah sebagai alternatif menu lauk untuk keluarga. Namun, meski terbuat dari bahan baku daging sapi, ayam, atau bahkan ikan, apakah abon termasuk makanan yang menyehatkan?

Proses Pembuatan Abon

Memang benar, abon terbuat dari daging sapi, ayam, dan ikan yang notabene adalah sumber protein hewani. Akan tetapi perlu diingat, abon adalah jenis makanan yang dibuat dari suiran daging yang dimasak hingga kering.

Jenis abon yang paling populer adalah abon yang terbuat dari daging sapi. Pada awal pembuatannya, daging akan dicuci lalu dipotong menjadi beberapa bagian. Setelah itu, daging direbus dengan panci atau alat presto hingga lunak. Lantas daging yang telah direbus pun disuwir-suwir menjadi serat-serat halus.

Suwiran daging dicampur dengan bumbu-bumbu seperti kemiri, pala, bawang, ketumbar, dan sereh. Kemudian bahan-bahan tersebut digoreng sampai garing. Cara lainnya, daging juga bisa dijemur sampai kering selama beberapa hari lalu disangrai.

Untuk membuat teksturnya menjadi tercerai-berai, daging harus ditumbuk lagi pada saat disangrai. Setelah matang dengan warna kecokelatan, abon dimasukkan ke dalam kemasan atau dipres terlebih dahulu guna mengeluarkan minyak yang tersisa.

Nilai Gizi Abon

Masalahnya adalah proses pembuatan abon yang menggunakan suhu tinggi. Cara pengolahan ini membuat abon memiliki warna cokelat, yang justru menandakan bahwa protein di dalamnya sudah rusak atau tidak dapat dicerna oleh tubuh.

Walau memiliki rasa yang enak, suatu makanan tentu tidak akan bisa memberikan manfaat kesehatan apa pun apabila tidak bisa dicerna oleh tubuh. Alasan inilah yang membuat sejumlah ahli berpendapat bahwa abon cenderung lebih pantas disebut sebagai penyedap rasa saja, dan bukan makanan bernutrisi tinggi.

Perlu diketahui, pengolahan makanan dengan memakai suhu yang sangat tinggi memang bisa menyebabkan kerusakan kandungan gizi dan mutunya. Biasanya yang paling mudah mengalami kerusakan adalah vitamin, khususnya vitamin larut air. Salah satu nutrisi yang akan rusak karena proses pemanasan dengan suhu tinggi dan durasi yang lama adalah tiamin atau vitamin B1 yang berfungsi untuk membantu tubuh mengubah karbohidrat menjadi energi. 

Selain itu, cara mengolah makanan dengan suhu sangat tinggi seperti saat membuat abon sehingga memiliki tekstur yang kering, juga bisa membuat jenis makanan ini mengalami kerusakan protein. Protein pada abon telah mengalami polimerisasi atau ikatan yang sangat kompleks sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim pencernaan tubuh.

Di sisi lain, kandungan lemak pada abon kemungkinan besar juga meningkat karena tambahan minyak yang digunakan saat proses penggorengan bergabung dengan lemak yang sudah ada pada daging. Hal ini juga menjadi alasan mengapa Anda tidak disarankan untuk terlalu sering mengonsumsi abon.

Meski begitu, bukan berarti Moms tidak boleh menyajikan abon sebagai alternatif menu untuk keluarga. Makan abon, boleh-boleh saja. Akan tetapi, sangat dianjurkan Moms juga menambahkan sumber nutrisi lain guna melengkapi kebutuhan gizi keluarga, khususnya anak Anda. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)