Type Keyword(s) to Search
BABY

Kulit Bayi Bengkak Setelah Imunisasi. Perlukah Khawatir?

Kulit Bayi Bengkak Setelah Imunisasi. Perlukah Khawatir?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, salah satu cara untuk mencegah agar Si Kecil tidak tertular penyakit adalah dengan melakukan imunisasi. Namun terkadang ada Moms yang dibuat khawatir karena kulit bayi memerah setelah disuntik vaksin. Sesungguhnya, apakah normal apabila kulit Si Kecil mengalami kemerahan setelah imunisasi?

Selain rasa nyeri atau pegal di bagian yang disuntik, imunisasi biasanya memang menimbulkan sejumlah efek samping terhadap anak, seperti demam ringan, sakit kepala, merasa lelah, nyeri otot dan sendi. Selain itu, kulit di area yang disuntuk juga akan terlihat membengkak serta berwarna kemerahan. Kondisi seperti ini dikenal sebagai kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI).

Kulit bengkak setelah imunisasi merupakan salah satu pertanda bahwa tubuh mulai membentuk kekebalan terhadap penyakit. Peradangan ini biasanya muncul beberapa jam setelah imunisasi dan reda dengan sendiri dalam beberapa hari hingga satu minggu.

Yang perlu Moms waspadai adalah ketika Si Kecil menunjukkan efek samping imunisasi berupa reaksi alergi anafilaktik. Alergi anafilaktik adalah syok yang disebabkan oleh reaksi alergi paling berat. Reaksi ini akan mengakibatkan penurunan tekanan darah secara drastis, sehingga aliran darah ke seluruh jaringan tubuh terganggu. Akibatnya, muncul gejala berupa sulit bernapas hingga penurunan kesadaran. Namun Moms tak perlu khawatir karena reaksi semacam ini jarang terjadi.

Tidak Semua Vaksin

Sementara itu, bengkak serta kemerahan pada kulit juga tidak terjadi pada semua jenis imunisasi. Kondisi ini biasanya hanya terjadi apabila Si Kecil menerima vaksin sebagai berikut:

1. Vaksin BCG

Vaksin BCG atau Bacillus Calmette-Guerin adalah vaksin yang diberikan untuk melindungi anak dari penyakit TBC (tuberkulosis). Umumnya, setelah pemberian vaksin BCG, kulit di lokasi penyuntikan akan sedikit membengkak dan tidak berlangsung lama. Akan tetapi bengkak itu akan berubah menjadi bekas luka kecil di kulit anak.

2. Vaksin Hepatitis B

Vaksin hepatitis B dilakukan untuk melindungi anak dari peradangan hati yang diakibatkan oleh virus hepatitis B. Vaksin ini mungkin bisa menyebabkan nyeri, bengkak, dan kemerahan di sekitar area yang disuntik.

3. Vaksin DPT

Imunisasi DPT adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus pada anak. Vaksin ini mungkin bisa menyebabkan efek samping berupa reaksi peradangan dan pembengkakan di sekitar lokasi penyuntikan, terutama pada imunisasi DPT jenis DtaP yang diberikan saat Si Kecil memasuki usia sekolah atau sudah menginjak 5 tahun.

4. Vaksin Cacar Air (Varicella)

Vaksin cacar air atau varicella adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit cacar air. Umumnya akan muncul bintik kemerahan yang terlihat antara hari ke-5 hingga hari ke-26 setelah vaksinasi cacar air. Selain itu, dapat juga timbul benjolan atau luka di daerah yang disuntik.

5. Vaksin Measles/Mumps/Rubella (MMR)

Vaksin ini adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah penyakit measles (campak), mumps (gondongan), dan rubella. Umumnya setelah pemberian vaksinasi MMR, dapat muncul gejala demam diikuti dengan ruam kemerahan di sekitar titik penyuntikan, beserta dengan batuk-pilek ringan.

Mengatasi Bengkak

Apabila Si Kecil mengalami bengkak dan kemerahan pada kulitnya setelah diimunisasi, Moms bisa melakukan langkah berikut untuk meredakannya:

• Kompres dingin di area yang bengkak selama 10-20 menit. Jangan lupa untuk membungkus kompres dingin dengan handuk atau kain agar tidak langsung menyentuh kulit.

• Pastikan Si Kecil tidak mengenakan selimut atau pakaian yang panas, dan beri ia minum ASI atau air putih lebih banyak jika mengalami bengkak setelah imunisasi yang disertai demam.

• Berikan parasetamol untuk meredakan rasa sakit atau demam Si Kecil. Jika memang reaksi imunisasi tak kunjung mereda, Moms bisa membawa Si Kecil berkonsultasi dengan dokter. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)