Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Kenapa Balita Makin Dilarang Malah Seperti Makin Disuruh?

Kenapa Balita Makin Dilarang Malah Seperti Makin Disuruh?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, pernahkah Anda merasa kesal saat melarang balita Anda, misalnya dengan mengatakan "Jangan lari-larian di dalam rumah!" eh, Si Kecil justru malah berlari kencang ke sana kemari. Sebagian besar Moms mungkin sering mengeluhkan hal ini, makin anak dilarang melakukan sesuatu, makin gencar ia melakukan hal tersebut.

Sederet larangan bisa jadi telah Anda lontarkan pada Si Kecil, seperti "Jangan berlari!", "Jangan lompat-lompatan!", "Jangan berteriak!", tapi semuanya seperti tak mempan buat anak Anda. Justru ia melakukan hal yang Anda larang, berlari, lompat-lompatan, berteriak. Seperti semacam pameo, anak dilarang seperti disuruh dan disuruh seperti dilarang. Hmmm, kenapa begitu, ya?

Penyebab Balita Justru Melakukan yang Dilarang

Banyak ahli yang mengatakan bahwa hal ini memang sering terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Di usia batita, muncul kecenderungan anak malah melakukan hal yang berlawanan dari yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hal tersebut dikarenakan di usia ini balita mulai menunjukkan kemandiriannya, ia mencoba memperlihatkan bahwa ia bisa melakukan hal-hal yang dilakukan orang dewasa. Selain itu, balita di usia ini sangat senang bereksplorasi dengan segala hal yang ada di sekitarnya. Rasa ingin tahu dan penasarannya juga sangat tinggi. Namun ia belum bisa memahami dengan baik konsekuensi dari perbuatan yang ia lakukan.

Misalnya, saat Anda berkata pada Si Kecil, "Jangan lari-larian di dalam rumah!", Si Kecil mungkin justru akan berusaha menunjukkan bahwa ia sudah bisa berlari dengan lancar, karena sudah besar, sama seperti orang dewasa. Ia juga jadi penasaran dan ingin tahu kenapa Anda melarangnya lari-larian di dalam rumah. Dan di sisi lain, ia belum memahami sepenuhnya apa konsekuensi dari lari-larian di dalam rumah, seperti terantuk tembok, tersandung perabotan rumah, terpeleset karena lantai licin, dan lain sebagainya.

Mengatasi Perilaku Balita yang Justru Melakukan saat Dilarang

Untuk mengatasi perilaku balita yang justru melakukan hal-hal saat ia dilarang, Moms bisa lakukan beberapa tips berikut ini.

Beri penjelasan singkat. Melarang memang jauh lebih singkat daripada memberikan penjelasan. Namun jika Moms hanya memberikan larangan tanpa penjelasan, bisa jadi anak tidak memahami larangan Anda tersebut. Akibatnya ia malah melakukan yang Anda larang. Misalnya, Anda bisa katakan "Tidak boleh lari-larian, lantainya licin nanti kamu terpeleset." Dengan begitu Si Kecil memahami konsekuensi larangan Anda.

Gunakan alternatif kalimat positif dibandingkan kalimat larangan dengan kata-kata "Jangan". Contohnya, alih-alih melarang balita dengan kalimat "Jangan lari-larian di dalam rumah!", Anda bisa katakan pada Si Kecil, "Jalan saja, lantainya licin, nanti kamu bisa jatuh terpeleset."

Ajak ia melakukan aktivitas lain. Daripada Anda capek berteriak karena melarang Si Kecil berlarian di dalam rumah, ajak ia untuk melakukan aktivitas lain yang membuatnya tertarik dan bisa mengalihkannya dari kegiatan lari-larian di dalam rumah. Anda bisa mengajaknya menyusun puzzle, bermain musik, atau sekadar membaca buku.

Sesekali melarang, sesekali bernegosiasi. Melarangnya terus-terusan dengan selalu memakai kata "Jangan" atau "Tidak" bisa membuat kata-kata tersebut jadi tidak bermakna dan sia-sia karena tidak ampuh lagi buat Si Kecil. Anda boleh sesekali melarangnya, namun lakukan juga sesekali bernegosiasi, misalnya Si Kecil boleh lari-larian saat ia bermain di taman atau di halaman, tapi tidak di dalam rumah.

Fokus pada perilakunya yang benar dan beri ia pujian. Hal ini akan lebih baik dibandingkan fokus pada larangan dan menghukum balita. Moms bisa bilang "Kamu pintar sekali, sekarang kalau bermain lari-larian di taman atau di halaman, jadi Mama tidak perlu melarang kamu lari-larian di dalam rumah lagi." (M&B/SW/Dok. Freepik)