Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Ini Masalah Perilaku pada Balita dan Cara Mengatasinya

Ini Masalah Perilaku pada Balita dan Cara Mengatasinya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Masa balita kerap dianggap sebagai masa transisi Si Kecil dari seorang bayi menjadi anak-anak. Dengan pola pemikiran yang masih sederhana, ia sudah memiliki keinginan untuk unjuk gigi atau melakukan tawar-menawar dengan Moms atau Dads.

Anak di usia ini biasanya sudah bisa mencari celah untuk melakukan atau mendapatkan hal-hal yang disukainya. Tak jarang, sikap dan perilakunya membuat Anda sebagai orang tua kesal. Berikut adalah sejumlah perilaku Si Kecil yang berpotensi menjadi masalah apabila terus dibiarkan.

1. Berbohong

Ada dua hal yang bisa memicu Si Kecil untuk berbohong. Pertama adalah karena anak belum bisa membedakan kenyataan dan fantasi. Jangan heran jika Si Kecil berkata atau bercerita berdasarkan apa yang dilihatnya di televisi atau film. Ia meyakini bahwa dirinya bisa terbang seperti superhero atau berbicara dengan binatang.

Nah Moms, jangan langsung menuduhnya berbohong karena hal itu akan membuatnya bingung. Lebih baik, Anda memberi penjelasan bahwa sesungguhnya superhero bukan sesuatu yang nyata atau berkata kepadanya, "Hewan hanya bisa berbicara seperti manusia di televisi."

Di sisi lain, ada sebagian balita yang memang berbohong guna mendapatkan keinginannya atau justru menyelamatkan diri setelah melakukan kesalahan. Anda perlu memberikan nasihat secara lembut apabila Si Kecil suka berbohong untuk tujuan tersebut. Selain itu, Moms dan Dads juga perlu instropeksi diri. Apakah Anda terlalu keras pada Si Kecil sehingga ia takut berkata jujur saat melakukan kesalahan?

2. Merengek

Si Kecil biasanya merengek untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Ia beranggapan, cara ini paling efektif untuk bisa 'mengontrol' orang tuanya. Untuk mengatasi masalah yang satu ini, Moms dan Dads harus konsisten. Apa pun yang dilakukan anak, Anda harus tega untuk berkata tidak jika memang permintaan Si Kecil berlebihan atau belum saatnya diberikan. Jangan cepat luluh mendengar rengekannya karena hal itu akan dimanfaatkan anak untuk mendapatkan semua keinginannya.

3. Berbicara Seperti Bayi

Jika balita berbicara seperti bayi, hal itu umumnya disebabkan karena ia berusaha mendapatkan perhatian atau stres ketika menghadapi momen besar, seperti hari pertama masuk sekolah. Sama seperti saat menghadapi rengekan Si Kecil, Moms dan Dads harus mencoba untuk memberi batasan dan mengabaikan perilaku ini.

Jika kita terlalu memperhatikan perilaku seperti ini, maka kebiasaan berbicara seperti bayi akan berlanjut hingga ia tumbuh besar. Selain itu, Si Kecil juga menjadi tergantung pada Anda dan akan mengeluarkan jurus mautnya tersebut ketika berhadapan dengan situasi yang menurutnya sulit.

4. Membantah

Kata 'tidak' seringkali terucap dari mulut Si Kecil yang masih berusia balita. Sebenarnya ia tak bermaksud membantah omongan Anda. Hanya saja di usia ini, anak memiliki kecenderungan untuk membuktikan diri sendiri. Ia punya keinginan untuk melakukan segala hal dengan caranya sendiri.

Namun tetap saja, Anda harus konsisten menjaga disiplin. Jika cara Si Kecil tidak sesuai dengan ketetapan dari Moms dan Dads, maka Anda harus menanggapi bantahan Si Kecil dengan lembut. Dengan begitu anak akan belajar bahwa tidak selamanya ia bisa melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya.

5. Bertindak Agresif

Kebanyakan balita sudah mampu mengatasi tantrumnya, tapi masih kesulitan mengatasi sikap reaktif untuk mencegah perilaku agresif. Itulah alasan mengapa sebagian balita suka memukul, menendang, atau bahkan menggigit orang lain jika kesal atau gemas kepada orang lain.

Menghadapi perilaku ini, cobalah untuk tetap tenang dan tidak marah-marah atau malah balik memukulnya. Jika anak bertindak agresif, bawa ia menjauh dari teman yang dipukulinya. Biarkan anak berdiam diri hingga tenang, baru ajaklah berbicara dengan lembut.

Tanyakan mengapa ia memukul temannya dan ajarkan kepadanya cara meminta maaf. Selain itu, ajari anak cara memecahkan masalah dengan sederhana dan bantu ia mengekspresikan perasaannya dengan cara lain tanpa harus menggunakan kekerasan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)