Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Bagi Moms penyuka drama Korea atau drakor mungkin pernah menonton series berjudul Oh My Venus. Drama ini bercerita tentang Kang Joo-eun (diperankan oleh Shin Minah), seorang gadis muda sekaligus pengacara yang mengalami kondisi hipotiroidisme atau dikenal juga dengan nama Hashimoto's Disease.
Kondisi ini umumnya dialami wanita dengan gejala yang berbeda-beda pada setiap individunya. Maka, tak jarang sangat sulit mendeteksi hipotiroidisme yang dialami penderitanya. Mereka umumnya tidak sadar jika mengalami perubahan kondisi tubuh yang terus memburuk, hingga akhirnya terdiagnosis secara medis.
Penyakit ini pun ternyata bisa terjadi pada bayi baru lahir, dikenal dengan hipotiroidisme kongenital dan sebenarnya jarang terjadi. Untuk mengenal lebih jauh mengenai Hashimoto's Disease ini, Moms perlu membaca penjelasan berikut ini!
Gejala Umum dan Penyebabnya
Penyakit ini terjadi saat kelenjar tiroid tidak dapat memproduksi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Pemicunya adalah kondisi autoimun yang membuat tubuh menghasilkan antibodi yang justru menyerang kelenjar tiroid, sehingga fungsinya menjadi terganggu.
Kekurangan asupan yodium juga dianggap menjadi faktor terjadinya kondisi hipotiroidisme. Selain itu, penyebab lain seperti adanya riwayat genetika, menderita diabetes tipe 1 atau penyakit celiac, hingga penderita gangguan bipolar, sindrom Down, atau sindrom Turner pun berpotensi mengalami penyakit autoimun tersebut.
Tak hanya dari kondisi berat, penyakit hipotiroidisme juga bisa disebabkan kondisi yang cukup sering dialami wanita, seperti:
⢠Kurang olahraga meski memiliki tubuh yang cenderung kurus.
⢠Makan dan minum apa saja tanpa membatasi jumlah yang dikonsumsi.
⢠Stress hingga tingkat kecemasan yang cukup tinggi.
⢠Kurang istirahat atau mengalami insomnia akut.
⢠Terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan penurun berat badan, demi memiliki tubuh ideal.
Secara umum, akan tampak beberapa gejala yang dapat dikenali dan diwaspadai. Salah satunya adalah perubahan berat badan yang tidak terlalu signifikan, justru terjadi kenaikan meski sudah melakukan diet dengan cara apa pun.
Penderita hipotiroidisme juga menjadi cepat dan mudah merasa lelah yang berlebihan serta mudah merasa kedinginan. Kondisi ini pun bisa semakin memburuk, bahkan memengaruhi kehamilan dan semakin dianggap sebagai perubahan normal seiring bertambahnya usia.
Cara Mengatasi dan Mencegahnya
Risiko jangka panjang ini tidak boleh didiamkan begitu saja, apalagi bisa menurun pada bayi baru lahir. Gejala yang bisa dialami bayi yang mengalami hipotiroidisme di antaranya:
⢠Sering kentut atau bersendawa akibat perut kembung.
⢠Tidak mau makan dan jarang buang air besar (sembelit).
⢠Tidur terlalu lama.
⢠Tangan dan kaki terasa dingin.
⢠Lebih rewel dan suara tangisannya parau.
⢠Lidah bengkak dan menjulur keluar.
⢠Penyakit kuning.
⢠Sulit bernapas.
⢠Pertumbuhannya terhambat dan berat badan rendah.
Pengobatan hipotiroidisme pada orang dewasa bertujuan untuk mengurangi atau meringankan gejala yang terjadi. Pemberian obat minum yang berisi hormon tiroid sintetis serta vitamin D pun akan diberikan. Selain itu, penderita juga dianjurkan berkonsultasi dengan psikolog untuk membantu meringankan stres dan tekanan yang dimiliki.
Penderita penyakit ini diharuskan untuk rutin melakukan kontrol dengan dokter terkait, dan tidak disarankan berhenti minum obat secara tiba-tiba. Selama proses pengobatan, dilakukan juga tes darah untuk memantau efek obat setiap 6-12 bulan sekali. Beberapa tes seperti Free T3, Free T4, dan TSH level juga perlu dijalani untuk mencegah berkurangnya fungsi tiroid dalam tubuh.
Cara mencegah hipotiroidisme tentu dengan menjalani pola hidup sehat, dengan konsumsi makanan bergizi yang dimasak sendiri. Pastikan juga untuk rutin berolahraga dan mencukupi waktu istirahat, serta mintalah bantuan keluarga dan kerabat dekat jika mengalami tekanan pada gaya hidup dan aktivitas sehari-hari ya, Moms. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)