Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Siklus menstruasi yang teratur merupakan salah satu tanda wanita memiliki kondisi fisik yang baik. Tak heran jika seorang wanita akan langsung dilanda rasa khawatir ketika siklus menstruasi mereka tidak berjalan dengan semestinya atau terlambat datang bulan.
Selain hamil, ada sejumlah alasan yang menyebabkan seorang wanita bisa mengalami keterlambatan menstruasi. Berikut beberapa faktor penyebabnya, Moms.
1. Stres
Dalam kondisi stres, hormon dan bagian otak yang bertanggung jawab mengatur siklus menstruasi, yaitu hipotalamus, akan terganggu. Alhasil, Anda kemungkinan besar akan mengalami keterlambatan menstruasi. Selain itu stres juga bisa membuat berat badan naik atau turun secara drastis, dan kondisi ini berpotensi memengaruhi siklus menstruasi Anda. Oleh sebab itu, Moms disarankan untuk melakukan rileksasi, melakoni gaya hidup sehat, dan rutin berolahraga.
2. Obesitas
Penambahan berat badan bisa memicu perubahan hormonal pada wanita. Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan indeks massa tubuh antara 25 hingga 30, atau lebih dari 30, memiliki risiko tinggi untuk mengalami keterlambatan menstruasi. Diet dan olahraga mungkin akan disarankan oleh dokter jika obesitas menjadi faktor penyebab menstruasi terlambat.
3. Berat Badan Turun
Keterlambatan menstruasi kemungkinan besar juga dialami oleh wanita dengan gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia. Jika berat badan Anda kurang dari 10 persen berat badan ideal, maka fungsi organ tubuh akan terganggu dan ovulasi pun terhenti. Mengatasi gangguan makan dan menaikkan berat badan secara sehat bisa mengembalikan siklus haid yang normal dan teratur.
4. Hormon Prolaktin Berlebih
Menstruasi terlambat dapat disebabkan oleh produksi hormon prolaktin yang tidak normal. Hormon yang dihasilkan di kelenjar pituitari ini akan meningkat pada masa menyusui. Namun dalam kondisi medis tertentu, seperti mengalami penyakit ginjal dan tumor kelenjar pituitari di otak, hormon prolaktin juga bisa dihasilkan secara berlebihan. Kondisi ini dapat memengaruhi kinerja hormon lain yang berperan dalam proses menstruasi, yaitu estrogen dan progesteron.
5. Alat Kontrasepsi
Pil KB atau pil pencegah kehamilan mengandung hormon estrogen dan progesteron yang mencegah indung telur melepaskan sel telur. Dibutuhkan waktu hingga enam bulan agar siklus menstruasi kembali normal setelah berhenti mengonsumsi pil KB. Selain itu, alat kontrasepsi yang ditanam atau disuntik juga bisa menyebabkan keterlambatan menstruasi atau bahkan tidak menstruasi sama sekali.
6. PCOS (Polycystic Ovary Syndrome)
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah kondisi di mana terdapat kelainan pada hormon dan sistem metabolisme sehingga fungsi indung telur terganggu. Kondisi ini dapat menyebabkan menstruasi terlambat atau tidak sama sekali, dan bisa memengaruhi kesuburan.
7. Penyakit Kronis
Penyakit kronis, seperti diabetes dan celiac bisa memicu terjadinya keterlambatan menstruasi. Diabetes berpotensi memicu adanya perubahan hormon. Sedangkan penyakit celiac menyebabkan peradangan yang menimbulkan kerusakan di usus kecil sehingga tak mampu menyerap nutrisi dengan baik. Akibatnya, menstruasi pun terganggu.
8. Masalah Tiroid
Kelenjar tiroid berfungsi mengatur metabolisme tubuh. Jika kelenjar ini tak berfungsi dengan baik, maka hal tersebut bisa memengaruhi siklus menstruasi Anda, Moms.
9. Menopause Dini
Kebanyakan wanita memasuki masa menopause pada usia 45 sampai 55 tahun. Namun pada sebagian perempuan, gejala menopause sudah muncul meski usianya belum mencapai 40 tahun. Kondisi ini disebut menopause dini dan bisa menyebabkan pelepasan sel telur berhenti sehingga menstruasi terlambat atau terhenti.
10. Kebiasaan Buruk
Sejumlah kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi obat-obatan terlarang juga berpotensi memicu menstruasi terlambat. Hal ini terjadi karena zat dalam rokok, seperti nikotin, dapat memengaruhi hormon estrogen dan progesteron. Selain itu, olahraga yang dilakukan secara berlebihan juga akan menimbulkan efek yang sama. Olahraga tanpa porsi yang tepat akan menyebabkan defisiensi sekresi estrogen, yaitu hormon yang bertanggung jawab atas terjadinya ovulasi. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)