Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Pandemi virus corona di Indonesia sudah berlangsung sejak bulan Maret lalu dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda situasi akan segera membaik. Kondisi ini pun memengaruhi banyak aspek, tak terkecuali pelayanan program Keluarga Berencana (KB) yang dijalankan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Ya, merebaknya wabah COVID-19 menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya jumlah kelahiran akibat terhambatnya layanan kontrasepsi selama pandemi. Kondisi ini diprediksi akan memicu peningkatan angka kelahiran bayi atau baby boom pada tahun depan, 2021.
Memang, fenomena lonjakan angka kehamilan selama masa pandemi COVID-19 tidak semata terjadi di Indonesia. Badan PBB untuk Dana Masyarakat (UNFPA) dan mitranya memperkirakan terdapat 7 juta kehamilan yang tak diinginkan selama pandemi berlangsung.
Kehamilan yang tidak diinginkan selama pandemi butuh perhatian dan penanganan serius, karena hal itu bisa berdampak pada meningkatnya kasus aborsi, risiko kematian ibu dan anak, malanutrisi pada ibu hamil dan janin, bayi lahir prematur, serta kurangnya kasih sayang dan pengasuhan karena anak tidak diinginkan.
Pandemi Menyebabkan Penurunan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Untuk kasus di Indonesia, hal tersebut ditengarai oleh banyaknya pasangan usia subur yang memerlukan kontrasepsi, namun mereka tidak bisa mengakses layanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan atau mereka menunda kunjungan ke fasilitas kesehatan. Pasalnya, mereka khawatir tertular COVID-19. Kekhawatiran yang memang wajar dialami. Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menyebutkan bahwa sepanjang Maret 2020 lalu terdapat penurunan penggunaan kontrasepsi.
"Pelayanan KB yang sangat berdampak akibat wabah COVID-19 dikarenakan KB sendiri pelayanannya yang ada sekarang adalah dengan sosialisasi oleh penyuluh Keluarga Berencana dan juga kader-kader. Jadi sangat full contact atau person to person contact. Sehingga ketika ada physical distancing atau social distancing, maka jelas akan menurun pelayanan itu," jelas dr. Hasto saat webinar "Antisipasi Baby Boom Pasca Pandemi".
Selain itu, pemerintah juga melakukan perampingan anggaran di semua kementerian dan instansi agar bisa fokus pada penanganan corona. Menurut dr. Hasto, pengurangan anggaran tersebut sangat berdampak pada pelayanan KB yang berpotensi pada peningkatan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan stunting. "Jadi, bukan sekadar permasalahan baby boom, tapi dampak lanjutannya jika memang terjadi, itu akan menjadi masalah serius," jelas dr. Hasto.
Upaya untuk Mengantisipasi Baby Boom
Kondisi tersebut memang menimbulkan kekhawatiran akan adanya lonjakan kelahiran bayi atau baby boom pasca pandemi COVID-19. Untuk itu, BKKBN melakukan sejumlah upaya untuk memastikan keberlangsungan penggunaan alat dan obat kontrasepsi selama masa pandemi, antara lain dengan pelayanan KB bergerak seperti mengunjungi pasangan usia subur.
Selain itu, BKKBN juga mengoptimalkan peran Penyuluh Keluarga Berencana (PKB), meluncurkan informasi keluarga berencana yang masif dalam bentuk vlog dengan melibatkan publik figur, berkoordinasi dengan bidan untuk pelayanan KB, dan mendorong rantai pasok alat kontrasepsi hingga ke akseptor secara gratis.
Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ditetapkan selama pandemi, menggunakan APD, masker dan menjaga jarak fisik. Dengan upaya-upaya tadi BKKBN berharap dapat mengantisipasi peningkatan angka kelahiran pasca pandemi. (M&B/SW/Dok. Freepik)