Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Sampai Usia Berapa Anak Mengompol Masih Dianggap Wajar?

Sampai Usia Berapa Anak Mengompol Masih Dianggap Wajar?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Di usia balita, Si Kecil umumnya sudah belajar untuk tidak mengompol lagi saat tidur dan bebas dari popok. Namun, menurut sebuah studi di Inggris, sekitar 50 persen balita masih mengompol saat malam hari di usia 3 tahun. Sementara di usia 4 tahun, 20 persen balita masih mengompol di malam hari, dan 16 persen balita masih mengompol ketika usia mereka sudah 5 tahun.

Mengompol atau dalam istilah medisnya nocturnal enuresis, merupakan hal yang normal dialami oleh balita, karena kemampuan berkemih merupakan sebuah refleks, dan pada balita, refleks tersebut masih berkembang sehingga perlu dilatih.

Faktor Penyebab Anak Masih Mengompol

Umumnya, anak masih dianggap wajar mengompol bila masih berumur 5 tahun, meskipun banyak juga anak di usia tersebut yang sudah lulus toilet training dan mampu buang air kecil sendiri. Namun lain soal jika anak sudah berusia lebih dari 5 tahun dan ia masih mengompol, hal ini bisa dianggap tidak wajar.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan tidak wajar bila seorang anak mengompol terus-menerus saat ia sudah berusia lebih dari 5 tahun. Bahkan menurut American Academy of Family Physician, anak di usia lebih dari 5 tahun yang masih mengompol bukan karena tidak terbiasa ke toilet, ada kemungkinan ia mengalami gangguan kesehatan, misalnya kelainan pada kandung kemih.

Umumnya, mengompol terjadi karena kandung kemih sudah terlalu penuh menampung urine. Namun ketika anak tidur, kondisi tersebut belum bisa membuatnya terbangun untuk kemudian pergi ke toilet. Alhasil, ia pun mengompol. Akan tetapi, seiring bertambahnya usia Si Kecil, ia pun mulai menjadi peka terhadap kondisi tersebut.

Meskipun begitu, jika di usia lebih dari 5 tahun, Si Kecil masih suka mengompol, kemungkinan ada beberapa faktor yang menyebabkan dan memperburuk kondisi tersebut, seperti:

• Mengalami stres, seperti saat anak mulai bersekolah atau mengalami ketakutan.

• Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein, seperti teh, kopi, dan cokelat. Kafein dapat meningkatkan jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal.

• Mengalami sembelit atau konstipasi. Anak yang menderita sembelit cenderung lebih sering mengalami masalah mengompol.

• Kelebihan berat badan. Anak dengan obesitas cenderung lebih mudah mengompol.

• Menderita kondisi khusus, seperti Down syndrome. Anak dengan kondisi ini lebih berisiko mengompol di malam hari.

• Penyebab medis yang dapat meningkatkan resiko terjadinya mengompol, seperti infeksi saluran kemih, diabetes, sleep apnea, atau gangguan pada kandung kemih.

Kapan Harus ke Dokter?

Biasanya, seorang anak bisa dengan sendirinya menghentikan kebiasaan mengompol. Namun, jika ia kesulitan, mungkin saja ia butuh penanganan medis. Beberapa kondisi berikut ini memerlukan bantuan dokter untuk mengatasi masalah tersebut:

• Anak yang tetap memiliki kebiasaan mengompol sedangkan ia berusia lebih dari 7 tahun.

• Anak mengompol kembali setelah beberapa bulan ia bisa menghentikan kebiasaan mengompolnya.

• Anak mengompol dengan disertai nyeri saat buang air kecil. (M&B/SW/Dok. Freepik)