Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Meregangkan Leher Sampai Berbunyi 'Krek', Bahayakah?

Meregangkan Leher Sampai Berbunyi 'Krek', Bahayakah?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Mungkin bagi banyak orang, meregangkan leher dan menggerakkannya hingga berbunyi "krek" merupakan kebiasaan dan kesenangan tersendiri. Memang biasanya meregangkan leher hingga "krek" dilakukan untuk melepas penat dan rasa kaku pada leher, pundak, maupun punggung.

Tapi, tak sedikit pula orang merasa khawatir dengan kondisi leher yang berbunyi "krek" ini. Bahkan tak sedikit informasi yang memberitakan tentang masalah kesehatan serius yang berkaitan dengan leher yang berbunyi tersebut. Lalu, apakah sebenarnya meregangkan leher hingga berbunyi "krek" berbahaya?

Apa Penyebabnya?

Menurut Veritas Health, bunyi "krek" saat meregangkan leher dapat disebut dengan krepitasi, artinya suara yang dapat terdengar saat sendi bergerak, baik suara retak, meletus, gertak, atau kertak. Peristiwa ini dapat terjadi pada siapa pun di segala usia, walau dapat lebih sering terjadi seiring usia yang semakin tua. Selain itu, frekuensi terjadinya krepitasi leher dapat sangat bervariasi pada setiap orang. Ada yang sangat jarang, ada pula yang dapat terjadi beberapa kali dalam sehari. 

Krepitasi leher biasanya tidak menyakitkan dan tidak menunjukkan permasalahan kesehatan yang serius. Dilansir dari Medical News Today, ada tiga penyebab krepitasi leher terjadi, antara lain:

1. Gas

Terdapat cairan di dalam sendi yang membantu tulang dan jaringan dapat bergerak bersamaan dengan lancar. Cairan ini mengandung oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida. Leher memiliki sendi yang berpasangan, dan sendi ini disebut sebagai sendi facet. Setiap sendi facet memiliki kapsul di sekelilingnya yang berisi cairan dan gas. Ketika kapsul sendi meregang, maka gas keluar cepat dalam bentuk gelembung, dan saat gelembung ini meletus, gas membuat suara letusan atau retakan.

2. Gerakan

Saat sendi bergerak, tendon juga ikut bergerak. Bila tendon bergerak ke luar tempatnya, maka dapat menimbulkan suara gertakan saat tendon kembali ke posisi awal.

3. Arthritis

Arthritis dapat membuat kartilago (tulang rawan, merupakan jaringan ikat yang dapat ditemukan pada sendi) kehilangan kelembutannya. Ketika permukaan sendi mengeras, maka dapat muncul suara saat sendi bergerak. Walau begitu, hingga kini belum ada studi yang menyatakan bila meregangkan leher hingga berbunyi "krek" dapat menyebabkan arthritis.

Waspada Tanda Bahaya

Sejauh ini krepitasi leher tidak menandakan bahaya kesehatan tertentu, asalkan tidak disertai oleh rasa sakit atau masalah tertentu. Umumnya orang-orang tidak disarankan untuk meregangkan leher secara berlebihan, terlebih lagi bila terdapat keluhan sakit.

Ini karena saraf dan pembuluh darah pada leher dapat rusak bila peregangan tidak dilakukan dengan benar. Bila dilakukan di rumah, maka peregangan leher ringan adalah cara tepat untuk menghilangkan kaku leher tanpa menimbulkan masalah.

Walaupun begitu, krepitasi leher juga dapat menandakan gangguan kesehatan serius bila disertai dengan:

• Sakit atau bengkak. Rasa sakit atau bengkak saat krepitasi leher dapat menandakan osteoarthritis atau kondisi inflamasi lain di sendi leher.

• Kecelakaan. Bila leher berbunyi "krek" setelah trauma atau kecelakaan, maka ini dapat menandakan adanya perubahan pada otot maupun tulang leher. Segera hubungi dokter.

• Rasa sakit yang berkelanjutan. Bila krepitasi leher terjadi secara konstan dan disertai rasa sakit, maka bisa jadi terdapat permasalahan fungsi sendi.

• Tindakan bedah. Terkadang krepitasi leher muncul setelah operasi tulang belakang leher. Walau termasuk normal, Anda perlu menyebutkan hal ini pada dokter Anda sebagai tindakan berjaga-jaga.

Selain itu, Medical News Today menyebutkan terdapat risiko dari meregangkan leher hingga berbunyi "krek", antara lain:

1. Stroke

Meregangkan leher dapat merusak pembuluh darah di leher yang menyuplai oksigen pada darah, dan hal ini dapat menimbulkan stroke. Risiko stroke akibat krepitasi leher lebih besar pada orang-orang yang berusia di bawah 60 tahun. Walau begitu, peristiwa ini termasuk sangat jarang terjadi.

2. Pembekuan darah

Selain merusak pembuluh darah leher, peregangan leher dapat meningkatkan risiko pembekuan darah di leher. Hal ini juga sangat berbahaya karena dapat menghentikan suplai oksigen ke otak.

3. Osteoarthritis

Meregangkan leher dapat menambah tekanan pada sendi, sehingga bila dilakukan dengan asal dapat menyebabkan leher tidak stabil dan osteoarthritis, yakni kondisi di mana jaringan pada tulang melemah. Osteoarthritis termasuk kondisi yang tidak bisa dikembalikan ke sedia kala.

4. Pergerakan berkurang

Setiap retakan leher berisiko untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan penghubung leher dan tulang belakang. Maka, seiring dengan berjalannya waktu meretak leher dapat mengurangi mobilitas dan dapat berujung pada arthritis.

Bila krepitasi leher tidak diiringi dengan rasa sakit maupun keluhan lain maka kemungkinan besar tidak ada masalah pada leher Anda. Tapi jika Anda tetap khawatir dengan leher yang meretak, maka tak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan dokter. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)