Type Keyword(s) to Search
BABY

Ini Masalah Kulit yang Sering Dialami oleh Bayi

Ini Masalah Kulit yang Sering Dialami oleh Bayi

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Halus dan lembut, tapi juga sensitif. Ya, itulah kulit bayi. Karena terlalu sensitif, kulit Si Kecil menjadi rentan mengalami masalah, terutama jika tidak dirawat dengan baik. Hal-hal yang dapat menyebabkan masalah pada kulit bayi antara lain adalah suhu yang terlalu panas, dingin, lembap, air liur, keringat, infeksi bakteri atau jamur, serta alergi.

Biasanya, masalah pada kulit bayi tergolong ringan dan dapat membaik dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Akan tetapi dalam sejumlah kasus yang cukup parah, Moms perlu memberikan krim, salep, atau bahkan obat minum dari dokter guna menyembuhkan masalah kulit tersebut. Berikut adalah beberapa masalah kulit yang kerap dialami oleh bayi.

1. Ruam Popok

Sesuai dengan namanya, ruam popok disebabkan oleh pemakaian popok yang terlalu lama. Ruam popok terjadi pada 35 persen bayi di bawah usia 1 tahun dan lebih sering dialami Si Kecil yang berusia antara 9 hingga 12 bulan. Hal ini mungkin disebabkan karena bayi sudah mulai aktif bergerak, berdiri, bahkan berjalan sehingga orang tua lupa untuk sering-sering mengganti popoknya. Selain itu, produksi urine bayi di usia tersebut juga sudah banyak.

Untuk menghindari terjadinya ruam popok, sebaiknya popok Si Kecil diganti setiap 2-3 jam atau jika memang sudah penuh, dan setelah buang air besar. Ruam popok ditandai dengan ruam kemerahan dan bersisik di area yang tertutup oleh popok. Jika dibiarkan, ruam akan bertambah parah sehingga mengakibatkan kulit terkelupas dan berdarah. Dalam beberapa kasus, ruam popok juga bisa disebabkan karena kulit bayi terlalu sensitif saat bersentuhan dengan bahan popok.

2. Heat Rash atau Ruam Panas

Dalam bahasa medis, ruam panas disebut miliaria. Kondisi ini disebabkan oleh kelenjar keringat bayi yang belum berkembang sehingga mudah tersumbat. Pada cuaca panas dan tinggi kelembapannya seperti di Indonesia, bayi akan mudah berkeringat dan saluran kelenjar keringatnya pun tersumbat.

Selain itu, miliaria juga dapat terjadi akibat kebiasaan orang tua memakaikan baju atau bedong yang terlalu tebal. Pemilihan baju dengan bahan yang tak menyerap keringat juga akan mengakibatkan masalah yang sama.

Miliaria ditandai dengan bintik kecil berwarna transparan atau merah. Biasanya banyak terdapat di daerah punggung dan bokong yang mudah berkeringat. Meski untuk mengatasi kondisi ini bisa dilakukan dengan krim atau salep, tapi Moms tak boleh mengoleskannya terlalu tebal karena juga dapat menyumbat saluran kelenjar keringat.

3. Cradle Crap atau Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah dermatitis yang terjadi di sekitar kulit kepala, alis, lipatan mata, sekitar hidung atau telinga. Tetapi, tak jarang juga dermatitis jenis ini terjadi di leher, ketiak, serta selangkangan. Dermatitis seboroik ditandai dengan bercak berwarna merah muda hingga merah dan bersisik pada kulit kepala. Pada bagian lain dapat berupa kulit berminyak yang ditutupi sisik putih atau kuning.

Kondisi ini terjadi akibat produksi minyak berlebihan, pertumbuhan kulit normal yang berlebihan, infeksi sekunder dari jamur, atau stimulasi dari hormon ibu ketika bayi masih berada dalam kandungan. Dermatitis seboroik biasanya muncul saat bayi masih berusia beberapa minggu awal dan muncul kembali saat usia 4-6 bulan. Pada beberapa bayi, dermatitis seboroik juga dapat menjadi tanda awal dari dermatitis atopik.

4. Atopic Eczema atau Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit yang dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini biasanya merupakan turunan keluarga dan berhubungan dengan penyakit lain, seperti asma serta alergi. Pada bayi, dermatitis atopik biasanya muncul pada area wajah. Akan tetapi dapat pula timbul di bagian tubuh lain seperti siku, tangan, lipatan tangan, belakang lutut, serta dada. 

5. Jerawat Bayi

Masalah kulit yang menyerang wajah ini tak hanya bisa terjadi pada remaja atau orang dewasa. Bayi pun juga bisa mengalami jerawatan. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon yang masuk ke dalam aliran darah bayi melalui plasenta. Jerawat yang timbul biasanya berbintik-bintik kemerahan. Namun pada bayi, jerawat biasanya tidak parah dan bisa hilang sendiri secara alami. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)