Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, apakah Si Kecil suka melakukan gerakan atau mengucapkan kata-kata secara berulang-ulang? Bila ya, Anda sebaiknya waspada, bisa jadi Si Kecil mengalami sindrom Tourette. Apa itu sindrom Tourette?
Sindrom Tourette merupakan masalah pada sistem saraf yang menyebabkan seseorang membuat gerakan atau suara secara tiba-tiba, yang disebut tic, yang tidak dapat dikendalikan dan dilakukan secara berulang kali, misalnya mengedipkan mata berkali-kali, atau bahkan ada pula orang yang mengucapkan kata yang sebenarnya tidak ingin diucapkan.
Melansir laman KidsHealth.org, gejala sindrom Tourette biasanya muncul di masa kanak-kanak, saat Si Kecil berusia antara 5-9 tahun. Sindrom ini juga lebih sering dialami oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
Tic, Gejala Utama Sindrom Tourette
Tic merupakan gejala umum dari sindrom Tourette. Tic dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Tic motorik yang merupakan gerakan tubuh yang dilakukan seseorang secara berulang. Contohnya berkedip, mengangkat bahu, atau mengangguk. Tic motorik ini juga terbagi lagi menjadi:
⢠Tic motorik sederhana yang hanya melibatkan satu kelompok otot, seperti mata berkedip atau meringis.
⢠Tic motorik kompleks yang melibatkan lebih banyak kelompok otot dan mungkin terlihat seperti serangkaian gerakan, misalnya seseorang mungkin menyentuh bagian tubuh atau orang lain berulang kali, misalnya memukul kepala.
2. Tic vokal, yaitu suara yang dibuat seseorang secara berulang. Misalnya bersenandung, berdeham. Sama seperti tic motorik, tic vokal juga terbagi atas:
⢠Tic vokal sederhana yang bisa berupa mengendus atau mendengus.
⢠Tic vokal kompleks seperti memanggil orang, mengulangi kata-kata orang lain (Echolalia), atau mengumpat secara tidak disengaja (Coprolalia).
Tic ini biasanya akan semakin memburuk dalam arti lebih sering atau lebih lama terjadi saat seseorang sedang merasa stres atau senang. Sebaliknya, saat seseorang sedang tenang dan fokus pada suatu hal, tic ini bisa membaik.
Beberapa anak dapat menahan tic mereka untuk waktu yang singkat. Tetapi ketika mereka merasa tegang, tic bisa terjadi dengan sendirinya. Dan jika seseorang berkonsentrasi untuk mengendalikan tic-nya, mungkin ia akan sulit untuk fokus pada hal lain.
Penyebab Sindrom Tourette
Sampai saat ini, penyebab pasti dari sindrom Tourette belum diketahui. Melansir laman WebMD, para peneliti berpikir masalah dalam jaringan otaklah yang mungkin berperan dalam sindrom Tourette. Selain itu genetik juga disinyalir dapat menjadi penyebab Si Kecil mengalami sindrom ini.
Pengobatan Sindrom Tourette
Bila Si Kecil menunjukan gejala sindrom Tourette, sebaiknya orang tua segera berkonsultasi dengan ahli saraf atau dokter spesialis sistem saraf. Nantinya ahli saraf akan meminta orang tua untuk memantau jenis-jenis tic apa saja yang dialami Si Kecil dan seberapa sering intensitasnya.
Untuk pengobatan sindrom Tourette sendiri akan dilakukan sesuai gejala-gejala yang diperlihatkan setiap anak. Terkadang, justru Sindrom Tourette dengan gejala yang ringan umumnya tidak memerlukan pengobatan. Namun bila gejala yang ditunjukkan berat, mungkin dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengontrol gejala atau menyarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- anak
- balita
- sindrom tourette