Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Gangguan Pencernaan yang Sering Dialami Balita

Gangguan Pencernaan yang Sering Dialami Balita

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Duh, seharian ini Si Kecil rewel dan terlihat gelisah. Bisa jadi buah hati Anda tengah mengalami gangguan pencernaan lho, Moms!

Memasuki usia 1 tahun, pencernaan anak mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Di tahapan usia ini, Si Kecil memiliki kemampuan mengunyah yang lebih baik. Ia juga lebih sensitif terhadap rasa. Jadi, jangan heran jika buah hati Anda mulai pintar memilih makanan yang disukainya.

Namun dengan semakin beraneka ragam makanan yang dikonsumsi Si Kecil, artinya semakin banyak pula masalah yang mungkin bisa terjadi pada pencernaannya, Moms. Berikut ini adalah beberapa jenis gangguan pencernaan yang kerap dialami oleh balita.

1. Alergi Makanan

Gangguan pencernaan ini muncul ketika sistem imun Si Kecil bereaksi secara berlebihan terhadap jenis makanan tertentu dan menganggap makanan tersebut sebagai ancaman. Cukup banyak makanan yang berpotensi sebagai alergen, tapi yang paling sering terjadi adalah alergi terhadap susu, telur, kacang, dan makanan laut (seafood) seperti udang atau kerang.

Gejala alergi bisa berbeda pada masing-masing anak. Ada yang langsung mual atau muntah, sakit perut, wajah bengkak, munculnya rasa gatal, ruam, dan bentol pada bagian tubuh tertentu, hingga sesak napas. Jika hal ini terjadi pada buah hati Anda, maka Moms perlu mengidentifikasi makanan penyebab alergi dan menghindari memberikan makanan tersebut kepada Si Kecil.

2. Perut Kembung

Perut kembung pada anak dapat membuatnya menangis dan rewel. Kondisi ini disebabkan saluran pencernaan anak belum berfungsi secara sempurna. Anak yang mengalami perut kembung biasanya akan memunculkan gejala khas, yaitu perutnya menjadi keras, sering sendawa, rewel, dan sering buang angin.

Kondisi ini bisa terjadi apabila Si Kecil makan dan minum terlalu cepat atau terlalu pelan. Kebiasaan minum dari botol dot yang banyak gelembung udaranya atau mengisap botol dot kosong juga berpotensi memicu perut kembung pada balita Anda.

Selain itu, perut kembung juga bisa terjadi kala Si Kecil mengonsumsi makanan yang mengandung gas, seperti brokoli, ubi, bawang, dan kol. Kondisi lain yang bisa menyebabkan perut kembung adalah refluks atau aliran balik asam lambung dan intoleransi laktosa.

3. Diare

Gangguan pencernaan yang satu ini juga cukup sering terjadi pada balita. Diare ditandai dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering dari frekuensi normalnya dan bentuk feses yang encer. Penyebab diare bermacam-macam, mulai dari parasit, bakteri, hingga virus.

Menurut Marsha H. Kay, M.D., dokter spesialis gastroenterologi anak dan kepala endoskopi anak di Cleveland Clinic Children's Hospital, diare biasanya menjadi salah satu tanda terjadinya infeksi pada anak balita. Ketika Si Kecil mengalami diare, Moms perlu memastikan ia mendapatkan asupan cairan yang cukup agar terhindar dari dehidrasi.

Anda juga disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter apabila Si Kecil buang air lebih dari lima kali dalam sehari dan terlihat lemas atau pucat, serta ketika Anda melihat ada darah pada fesesnya.

4. Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah kondisi saat seseorang kesulitan untuk buang air besar. Pada balita, konstipasi biasanya disebabkan oleh pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), dehidrasi, atau kondisi medis tertentu.

Gejala konstipasi cukup mudah untuk dikenali, yaitu Si Kecil tidak buang air besar setidaknya tiga kali dalam seminggu, sulit mengeluarkan kotoran, dan tekstur feses yang keras. Selain itu, balita yang mengalami konstipasi biasanya bagian perutnya akan terasa keras, nafsu makannya menurun, dan merasakan sakit ketika mengejan. Tak jarang, anak akan menangis karena rasa sakit dan tidak nyaman tersebut.

Jika dibiarkan, konstipasi atau sembelit bisa membuat Si Kecil trauma untuk buang air besar. Alhasil, ia akan memiliki kecenderungan menahan untuk BAB sehingga bisa berakibat buruk bagi pencernaannya. Oleh sebab itu, Moms perlu berkonsultasi dengan dokter atau memberikan obat konstipasi khusus untuk anak ketika ia mulai kesulitan untuk buang air besar. Sementara itu, Moms bisa memberikan asupan makanan tinggi serat, seperti buah dan sayuran yang cukup bagi Si Kecil agar ia terhindar dari konstipasi. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)