Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Amankah Penyemprotan Disinfektan untuk Basmi Corona?

Amankah Penyemprotan Disinfektan untuk Basmi Corona?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi bukanlah tanpa sebab. Dengan kasus penyakit lebih dari 118.000 laporan di lebih dari 110 negara, penyakit ini tentu mengancam keamanan dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri, pemerintah telah melakukan beberapa tindakan sebagai pencegahan penularan penyakit ini, seperti dengan menyemprotkan cairan disinfektan di beberapa tempat dan fasilitas umum.

Tak hanya instansi resmi, masyarakat umum juga mulai marak menyemprotkan disinfektan di lingkungan rumahnya. Bahkan, tak sedikit yang menginstal bilik penyemprot disinfektan sebagai fasilitas pembersihan. Tapi, apakah langkah ini tepat?


Menyebabkan Efek Samping

Sebenarnya, WHO tidak menyarankan penyemprotan disinfektan langsung pada kulit manusia, karena hal itu dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mulut, dan mata, bahkan juga dapat mengganggu sistem pernapasan manusia bila terhirup. Penelitian pada JAMA Network Open bulan Oktober 2019 menemukan bahwa lebih dari 73 ribu perawat wanita yang rutin menggunakan disinfektan untuk membersihkan alat medis berisiko lebih tinggi untuk mengalami kerusakan paru-paru kronik.

Pada Senin (30 Maret 2020) Wiku Adisasmito, selaku Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan COVID-19, menyatakan bahwa penggunaan bilik penyemprot disinfektan dapat berbahaya bagi manusia. "Penggunaan disinfektan dengan ruang, atau penyemprotan secara langsung ke tubuh manusia tidak direkomendasikan, karena berbahaya bagi kulit, mulut, dan mata, dapat menimbulkan iritasi," kata Wiku. Paparan disinfektan pada kulit dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker kulit.

Menurutnya, penyemprotan disinfektan di area publik perlu memperhatikan komposisi dan jenis bahan disinfektan. "Tak perlu dilakukan secara berlebihan seperti fogging, karena dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan mengganggu pernapasan," tutur Wiku.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Rebriarina Hapsari, spesialis mikrobiologi klinis, saat mengobrol di video unggahan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Menurutnya, paru-paru tidak sekuat kulit manusia, sehingga disinfektan berbahaya bila terhirup dan masuk ke dalam paru-paru.

"Perlu diperhatikan kalau misalkan ada penyemprotan di komunitas luar yaitu banyak orangnya. Nah ini akan kita hirup bahan aktif (disinfektan) itu, itu akan berbeda kalau misalkan terkena kulit yang memang kulit diciptakan Tuhan YME lebih tahan. Kalau sampai bahan aktif itu terhirup oleh kita, sel paru-paru kita itu tidak sehebat kulit, itu akan lebih rentan," tutur Rebriana.

Ia menyarankan penggunaan disinfektan secara spesifik pada lokasi dan benda-benda tertentu. "Penggunaan cairan disinfektan dilakukan spesifik pada lokasi dan benda-benda, seperti meja, kursi, gagang pintu, tombol lift, eskalator, mesin atm, etalase, westafel, dan lain-lain," jelas Wiku.

Melansir Science Mag, Zhang Liubo, peneliti di China's Center for Disease Control and Prevention, memperingatkan publik, "Permukaan luar ruangan seperti jalan raya, dan lapangan, tidak boleh disemprot disinfektan secara berulang kali. Menyemprot disinfektan pada area yang luas berkali-kali dapat menimbulkan polusi lingkungan dan harus dihindari."


Gunakan dengan Benar

Di kesempatan yang sama Wiku juga merekomendasi untuk membiarkan cairan disinfektan tetap basah sekitar satu menit, lalu dilap. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Brian Sansoni dari American Cleaning Institute. Rekomendasi umum penggunaan disinfektan adalah dengan membiarkannya 30 detik hingga 10 menit. Mengelap disinfektan terlalu dini hanya akan membersihkan permukaan, tidak mendesinfeksikan.


Mampu membasmi virus

Melansir Chemical & Engineering News, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa virus penyebab COVID-19 merupakan salah satu tipe virus yang sangat mudah dibasmi. Walau begitu, para peneliti masih mempelajari bagaimana virus ini bertahan hidup dan seberapa besar transmisi pada permukaan benda berperan proses penyebarannya.

Di saat yang bersamaan, badan-badan penelitian dan pemerintah mulai mencoba untuk memperlambat proses penyebaran dengan menyemprotkan disinfektan yang dipercaya mampu melawan virus SARS, yakni virus yang mirip dengan COVID-19. Harapannya, mampu melawan virus SARS-CoV-2 yang merupakan penyebab COVID-19.

Menurut Wiku, ada berbagai cara lain yang lebih aman dan efektif dibandingkan dengan menyemprot disinfektan, antara lain rajin mencuci tangan, hindari menyentuh area wajah, langsung segera mandi setelah pergi, mencuci pakaian dengan sabun, dan menyemprotkan disinfektan hipoklorin pada pakaian saat menyetrika.

Yang perlu diingat, penggunaan antiseptik dan disinfektan perlu dibedakan. Antiseptik dapat digunakan langsung pada permukaan tubuh, seperti sabun cuci tangan atau hand sanitizer. Sedangkan disinfektan digunakan pada permukaan benda mati, khususnya yang sering disentuh orang banyak. Jadi, yuk, jaga keselamatan diri kita dari COVID-19 dengan benar! (Gabriella Agmassini/SW/Dok. Freepik)