Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Pentingnya Tetap Positif saat Pandemi COVID-19 Melanda

Pentingnya Tetap Positif saat Pandemi COVID-19 Melanda

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Tiba-tiba merasa demam, sakit tenggorokan, atau bahkan sesak napas setelah membaca berbagai berita tentang virus corona? Meski menunjukkan gejala COVID-19, Anda belum tentu mengidap penyakit tersebut. Bisa jadi Anda hanya memperlihatkan tanda-tanda kecemasan.

Ya, rasa khawatir, cemas, dan was-was karena takut tertular virus corona sesungguhnya adalah hal yang wajar. Apalagi saat ini semua media berfokus kepada berita tentang penyebaran COVID-19 yang semakin meluas di seluruh wilayah Indonesia.

Dr. Andri, SpKJ, FACLP melalui akun Twitter miliknya @mbahndi menjelaskan bahwa fenomena tersebut bukan hal yang aneh. Dalam cuitannya beberapa waktu lalu, dr. Andri mengatakan bahwa seseorang bisa merasakan gatal, nyeri, dan sedikit meriang padahal suhu tubuhnya normal, setelah membaca berita tentang gejala COVID-19 sebagai reaksi psikosomatis tubuh.

"Salah satu yang membuat reaksi ini bisa timbul adalah KECEMASAN kita yang dipicu oleh berita-berita yang terus-menerus terkait #COVID19 ini. Amygdala atau pusat rasa cemas sekaligus memori kita jadi terlalu aktif bekerja, akhirnya kadang dia tidak sanggup mengatasi kerja berat itu," jelas dr. Andri.

"Amygdala yang bekerja berlebihan tersebut juga mengaktifkan sistem saraf otonom secara berlebihan, kita jadi selalu dalam kondisi FIGHT or FLIGHT atau siaga terus-menerus. Ketidakseimbangan ini yang membuat gejala psikosomatik muncul sebagai suatu reaksi untuk siap siaga menghadapi ancaman," lanjutnya.

Perlu diketahui, dr Andri merupakan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, The American Psychosomatic Society (APS), dan The Academy of Psychosomatic Medicine (APM).


Jangan Dibiarkan!

Ketika mulai merasakan tanda-tanda kecemasan, Anda sangat disarankan untuk menghentikan kegiatan yang mungkin memicu hal tersebut. Untuk sejenak, alihkan perhatian Anda dari berita-berita negatif tentang virus corona.

"Ketahuilah batasan diri Anda sendiri. Apabila Anda sudah merasa cukup membaca soal COVID-19, ya dihentikan saja," kata psikolog Nuran Abdat, M. Psi., Psi.

"Jika memang ingin mengikuti kabar soal virus corona, maka Anda perlu memilih sumber berita yang sesuai dengan kondisi Anda. Pilih media yang tidak terlalu berlebihan dalam menulis berita agar Anda tidak mengalami shock saat membacanya," lanjut Nuran.

Jika dibiarkan dan tidak dihindari, rasa cemas Anda bisa naik ke level yang lebih tinggi. Kecemasan berlebihan sangat berpotensi mengganggu aktivitas Anda sehari-hari, seperti menurunnya kinerja, memperburuk hubungan pribadi, atau kesulitan untuk tidur. Gejala lain dari kecemasan yang berlebihan, adalah:

• Mudah lelah

• Selalu merasa gelisah

• Sulit berkonsentrasi

• Otot merasa tegang

• Sulit mengendalikan rasa cemas

• Kehilangan nafsu makan

Ujung-ujungnya, daya tahan tubuh Anda justru akan menurun. Saat itulah, Anda semakin berisiko tertular virus corona. Ketika Anda mulai merasakan cemas yang berlebihan, Anda bisa melakukan tiga hal berikut ini:

1. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu jenis konseling yang dapat mengatasi gangguan kecemasan berlebihan. Psikoterapi akan membantu Anda menceritakan dan membicarakan apa yang Anda rasakan. Psikoterapi juga bisa memberikan saran tentang bagaimana memahami serta mengatasi gangguan kecemasan yang Anda alami.

2. Terapi perilaku kognitif

Ini merupakan jenis psikoterapi di mana terapis akan mengajarkan Anda bagaimana mengenali dan mengubah pola pikir, serta perilaku yang dapat memicu kecemasan berlebihan.

3. Terapi mengelola stres

Terapi yang satu ini mungkin paling sederhana karena bisa dilakukan di rumah. Anda bisa mengelola stres dengan relaksasi atau meditasi. Alih-alih membaca soal COVID-19, Anda bisa memanfaatkan waktu #dirumahaja dengan membaca buku-buku kesukaan Anda, melakukan yoga, atau hobi Anda lainnya. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)