Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

5 Hal yang Mempercepat Penyebaran Corona di Indonesia

5 Hal yang Mempercepat Penyebaran Corona di Indonesia

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Virus corona menyebar begitu cepat. Hanya dalam hitungan beberapa minggu, jumlah pasien COVID-19 di Indonesia meningkat dengan sangat drastis, dari hanya dua orang menjadi lebih dari 650 orang.

Banyak faktor yang menyebabkan cepatnya penyebaran virus corona di Indonesia. Selain jumlah penduduk yang sangat banyak dan majemuk kondisi sosial serta ekonominya, ada sejumlah perilaku masyarakat Indonesia yang bisa mempercepat penyebaran COVID-19. Simak beberapa di antaranya sehingga Anda bisa melakukan pencegahan.


1. Tidak Mengkarantina Diri saat Sakit

Gejala ringan COVID-19 meliputi demam ringan, batuk, dan sakit tenggorokan. Saat mulai merasakan gejala-gejala tersebut seharusnya seseorang mulai mengkarantina diri sendiri. Masalahnya, saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang abai akan pentingnya mengisolasi diri sendiri ketika mulai sakit. Mengingat gejalanya masih ringan, mereka tetap bergaul dan berkumpul dengan orang lain sehingga virus corona malah menular ke orang lain.


2. Adanya Kerumuman Massa

Faktanya, masih ada saja orang-orang yang menggelar pesta, seperti resepsi pernikahan dan arisan, meskipun pemerintah telah mengimbau untuk melakukan social distancing atau menjaga jarak antara satu orang dengan yang lain. Sementara itu, sejumlah tempat wisata masih dipenuhi pengunjung meski wabah corona mulai menyerang Indonesia.

Anak-anak pun terlihat masih ada yang berkumpul di tempat-tempat macam warnet atau penyewaan permainan Playstation saat diminta untuk belajar di rumah. Imbauan untuk stay at home atau #dirumahaja seakan menjadi angin lalu bagi sebagian masyarakat. Hal inilah yang mempercepat proses penularan dan penyebaran COVID-19 sehingga jumlah pasien meningkat drastis dalam beberapa hari.


3. Kepadatan di Sarana Transportasi

Meski pemerintah sudah ramai menerapkan program kerja dari rumah atau work from home, sebagian perusahaan tetap mengharuskan karyawannya guna bekerja di kantor. Pada saat bersamaan, pemerintah yang berwenang sempat menerapkan sejumlah peraturan baru dan pembatasan bagi moda transportasi masal seperti bus Transjakarta, MRT, atau bahkan kereta KRL.

Seperti sudah diketahui, sebagian besar pekerja di Indonesia, khususnya Jabodetabek, sangat mengandalkan alat transportasi semacam ini untuk berangkat dan pulang dari kantor. Alhasil, muncul penumpukan massa yang akhirnya meningkatkan risiko penularan virus corona.


4. Tidak Menerapkan Pola Hidup Sehat dan Bersih (PHBS)

Menerapkan pola hidup sehat dan bersih (PHBS) harus dilakukan semua orang tanpa terkecuali. Berikut adalah rekomendasi Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC): 

• Menghindari kontak dekat dengan orang sakit.

• Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut.

• Tetap di rumah jika Anda sakit.

• Saat batuk dan bersin, tutup dengan tisu, lalu langsung buang tisu tersebut ke tempat sampah.

• Jika tidak ada tisu dan tidak menggunakan masker, gunakan siku untuk menutup mulut dan hidung.

• Bersihkan dan sterilkan benda yang sering disentuh menggunakan cairan atau tisu pembersih.

• Kenakan masker wajah bagi Anda yang menunjukkan gejala COVID-19, tenaga medis, dan perawat orang sakit.

• Cuci tangan dengan sabun dan air setidaknya 20 detik. Anda juga bisa membersihkan tangan dengan hand sanitizer yang memiliki kandungan alkohol setidaknya 60 persen.


5. Menggunakan Metode Pengobatan Alternatif

Sebagian besar masyarakat Indonesia masih mempercayai pengobatan alternatif ketimbang mencari perawatan medis. Bukannya menyembuhkan penyakit, hal ini justru bisa memperparah kondisi pasien sekaligus mempercepat penyebaran virus corona. Oleh sebab itu, Anda sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter ketika merasakan gejala COVID-19 yang lebih serius, yaitu demam tinggi, lemah, lesu, batuk-batuk, maupun sesak napas. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)