Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Kebiasaan Ibu Hamil yang Bisa Berdampak pada Bayi

Kebiasaan Ibu Hamil yang Bisa Berdampak pada Bayi

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Kehamilan merupakan hal yang dinantikan pasangan yang telah menikah. Saat hamil, Moms perlu menjaga kesehatan kehamilan dan janin yang dikandungnya. Tidak hanya itu, calon ibu pun sebaiknya menjaga perilaku dan kebiasaannya, karena hal tersebut ternyata bisa berpengaruh pada bayinya saat lahir nanti.

Contohnya, jika ibu hamil bahagia, maka janin juga merasa bahagia. Sebaliknya jika bumil merasa stres, hormon stres akan sampai ke tubuh janin dan diserap oleh janin. Ya, setiap perubahan emosi pada bumil membuat perubahan hormonal yang akan diterima janin melalui plasenta.

Selain bahagia dan stres, ada sejumlah perilaku dan kebiasaan bumil yang bisa berpengaruh pada bayi. Dilansir dari BrightSide, berikut perilaku dan kebiasaan yang sebaiknya tidak Anda lakukan selama hamil, Moms.


1. Marah-Marah dan Berteriak

Selama hamil, ada baiknya Anda menghindari emosi dan berteriak-teriak. Bukan apa-apa, marah dan bersikap emosional hanya akan memicu depresi yang bisa membahayakan kesehatan janin serta berisiko pada sistem kekebalan dan otaknya. Berteriak juga bisa memberikan efek negatif bagi bumil, karena membuat Anda sakit kepala, mual, dan mengalami masalah tidur.

Jika ada sesuatu atau seseorang yang membuat Anda jadi kesal atau emosi, jauh lebih baik meluapkannya dengan cara yang positif. Misalnya, Moms bisa keluar untuk berjalan-jalan dan menghirup udara segar. Segera alihkan perhatian Anda dengan sesuatu yang dapat membuat Anda senang sehingga Anda terlupa dengan kekesalan Anda. Moms juga disarankan untuk melakukan relaksasi dan istirahat yang cukup.


2. Mood Swing

Suasana hati yang naik-turun (mood swing) sangat normal dialami oleh bumil, misalnya rasa sedih yang dalam tanpa sebab atau frustrasi. Hal ini terjadi karena perubahan hormon pada bumil. Meskipun tergolong biasa, kondisi ini tetap perlu diatasi sejak dini agar Anda tidak sampai pada tahap depresi. Sebab penelitian di University of Calgary, Kanada, menemukan adanya kaitan antara depresi yang dialami oleh bumil dengan perkembangan otak janin. Depresi selama kehamilan dan persalinan berpengaruh terhadap ketebalan korteks pada otak. Korteks ini mengatur perilaku dan pikiran manusia.

Moms bisa mengatasi masalah ini dengan cara melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga ringan, senam prenatal, berjalan kaki, atau berenang. Cari juga suasana baru untuk mengatasi rasa bosan. Pergilah keluar bersama teman dan bersosialisasi dengan bumil lain untuk berbagi pengalaman membahagiakan.


3. Gemar Makanan Manis

Terlalu sering mengonsumsi asupan gula berlebih bisa meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes. Kadar gula yang tinggi pada ibu hamil dengan diabetes (sakit gula) menyebabkan bayi tumbuh besar. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi selama kehamilan akan memiliki anak dengan masalah keterampilan belajar dan ingatan. Untuk itu, kurangi asupan gula. Jika Anda ingin mengonsumsi makanan yang manis, Anda bisa memakan buah sebagai gantinya.


4. Sering Minum Kopi

Secara umum, minum kopi tidak akan memberikan masalah pada bumil. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan bahwa mengonsumsi kafein kurang dari 200 mg per hari tidak akan menyebabkan keguguran atau kelahiran prematur.

Menurut dr. Ardiansjah Dara, Sp.OG, M.Kes, sebenarnya yang harus diperhatikan adalah kadar kafein yang terkandung di dalam kopi tersebut. Jadi, yang harus dibatasi adalah jumlah kafeinnya. Selain di dalam kopi, kafein juga ada di dalam minuman lain, misalnya teh dan energy drink. Kopi memiliki efek meningkatkan asam lambung, karena bersifat asam. Moms juga perlu tahu bahwa kafein juga bisa masuk ke plasenta dan aliran darah bayi.

Terlalu berlebihan minum minuman berkafein pada bumil bisa berdampak pada berkurangnya penyerapan zat besi dalam tubuh dan berisiko anemia. Alhasil, ini juga akan berpengaruh pada bayi. Si Kecil bisa lahir dengan berat badan lahir rendah. (M&B/SW/Dok. Freepik)