Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Tentu sudah banyak yang menginformasikan tentang dampak buruk dari depresi. Selain bisa memengaruhi kesehatan tubuh, ternyata depresi juga bisa menurunkan peluang kehamilan. Bagaimana itu bisa terjadi? Banyak literatur kesehatan yang sudah membuktikan bahwa depresi merupakan salah satu faktor yang menghambat sekaligus menurunkan peluang terjadinya kehamilan.
Khusus tentang masalah kesuburan, depresi tidak hanya memberikan pengaruh pada wanita, namun ternyata juga pada laki-laki. Penelitian baru-baru ini menyebutkan bahwa depresi pada laki-laki jauh lebih kecil peluangnya untuk bisa mendapatkan keturunan dibandingkan depresi yang dialami wanita. Meskipun demikian, wanita yang mengalami depresi masih bisa berpeluang untuk meningkatkan kesuburannya melalui beberapa perawatan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh National Institutes of Health menyimpulkan terdapat ketertarikan yang cukup luas antara kesuburan atau fertilitas dan depresi yang terjadi, baik pada laki-laki atau wanita, termasuk juga perawatan untuk keduanya. Hasil penelitian tersebut juga menemukan bahwa konsumsi jenis antidepresi ternyata juga bisa meningkatkan risiko keguguran.
Baca juga: Ini Tes Kesuburan untuk Suami Istri yang Mau Punya Anak
Penelitian seputar kesuburan
Ketika pasangan berusaha dan berjuang untuk program kehamilan, maka hal tersebut juga akan bisa memicu stres dan rasa kecewa sebesar 10 persen. Namun, dilihat dari sejarah, penelitian dan juga perawatan untuk meningkatkan kesuburan sendiri hanya fokus pada tubuh wanita.
Sejak akhir abad ke-18, para dokter memberikan pandangan yang lebih luas tentang masalah fertilitas atau kesuburan ini. Mereka juga mempertimbangkan adanya pengaruh kesuburan laki-laki dalam keberhasilan program kehamilan.
Penanganan masalah kesuburan
Pada tahun 1970-an, teknologi IVF secara resmi diperkenalkan untuk membantu masalah kesuburan pada laki-laki dan perempuan yang ingin memiliki anak. Bahkan banyak pasangan suami-istri yang menggunakan teknologi, hampir rata-rata mempunyai masalah pada kesuburan. Selain teknologi IVF, ada juga pasangan yang mengonsumsi obat-obat khusus untuk mengatasi masalah kesuburan hingga terapi hormon.
Meskipun menjalani berbagai terapi, penelitian juga akhirnya menemukan jika depresi akan tetap rentan dan menyerang setiap pasangan, khususnya laki-laki.
Baca juga: Infertilitas Sekunder, Masalah Kesuburan Hamil Kedua
Depresi membawa pengaruh buruk untuk laki-laki
Beberapa tahun terakhir, para ilmuwan mulai melakukan analisis akan dampak mental dan juga emosional manusia pada tingkat kesuburan. Hasilnya, terungkap bahwa laki-laki yang mengalami depresi akan memiliki konsentrasi sperma lebih rendah di dalam air mani mereka. Selain itu, hasil penelitian lain menemukan bahwa tingkat stres laki-laki akan juga memengaruhi ketahanan tubuh anak mereka nanti.
Peneliti di National Institutes of Health (NIH) melakukan pemeriksaan hasil penelitian sebelumnya dengan membandingkan sampel data dari 1.650 wanita dan juga 1.608 laki-laki. Penelitian ini menyimpulkan bahwa depresi yang dialami oleh laki-laki justru akan memberikan dampak jauh lebih buruk untuk kesuburan dibandingkan faktor lainnya. Bahkan depresi akan menurunkan peluang terjadi kehamilan hingga 60 persen.
Baca juga: Moms, Ketahui Masalah Kesuburan yang Dialami Wanita
Hubungan kesehatan mental dengan kesuburan
Sampai saat ini, sudah banyak penelitian dan studi yang menemukan adanya hubungan antara kesehatan mental dan fisik dengan tingkat kesuburan. Oleh karena itu, ilmu kesehatan fokus tentang pentingnya mengobati depresi, baik untuk laki-laki dan juga para wanita.
Selain berpengaruh pada terhambatnya proses kehamilan, stres dan depresi sudah dibuktikan menjadi faktor yang menyebabkan masalah kesehatan tubuh secara fisik dan juga mental.
Jadi, Moms dan Dads, pastikan Anda bersama-sama mengurangi stres sebelum datang ke dokter kandungan untuk mulai program kehamilan. Tidak hanya mengurangi, pengelolaan stres itu juga penting, ya! (Hafif Rahman/SW/Dok. Freepik)