Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Anak Berkonflik, Perlukah Orang Tua Segera Turun Tangan?

Anak Berkonflik, Perlukah Orang Tua Segera Turun Tangan?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Semakin bertambahnya usia anak, ia semakin tahu bahwa setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda pada setiap hal. Misalnya pada usia balita, memperebutkan mainan di sekolah jadi sesuatu yang sering terjadi antara dirinya dengan temannya yang lain.

Perselisihan ini pun bisa ditanggapi berbeda oleh setiap anak, ada yang merasa sedih, menangis, atau bahkan balik merebutnya kembali dan bertengkar. Meski tidak selalu berakhir baik, namun situasi ini memang tak bisa terelakkan dalam lingkungan atau kehidupan sosial.

Karena masih anak-anak, orang tua dianggap memiliki peran penting untuk ikut menangani pertengkaran tersebut. Entah konflik ini terjadi antara Si Kecil dengan saudara ataupun dengan teman sebayanya. Tapi sebenarnya, perlukah orang tua ikut terlibat dalam situasi tersebut?

Ketahui sumber konflik anak


Apabila konflik yang terjadi pada anak tidak besar, peran orang tua lebih untuk menasihati anak agar bisa menerima pendapat orang lain yang berbeda dengannya. Contohnya, pertengkaran saling berebut mainan diakhiri dengan Si Kecil dan temannya saling berkata kasar. Anda bisa menasihati anak Anda untuk tidak berkata kasar.

Tetapi jika sampai membahayakan karena adanya tindakan fisik atau kekerasan, maka Anda perlu menggali informasi lebih lanjut. Temuilah pihak sekolah atau penanggung jawab area tempat anak bertengkar dan tanyakan hal-hal terkait konflik mereka.

Bertemu dengan orang tua sang anak yang bertengkar dengan anak Anda juga diperlukan, terutama jika pertengkaran terjadi langsung di hadapan Anda. Hal ini dilakukan untuk menemui akar masalah hingga penyelesaiannya, dan membuat kedua anak yang berkonflik tersebut bisa berbaikan.

Harus berkepala dingin

Saat situasi ini terjadi, orang tua harus tetap tenang dan berkepala dingin dalam menghadapinya. Carilah solusi saat kepala sedang dingin, dengan guru atau orang tua teman Si Kecil yang berkonflik dengannya agar masalah bisa selesai secara baik-baik.

Anda tak perlu langsung terlibat dengan memisahkan anak secara paksa dan sekaligus memarahi temannya yang berkonflik. Sebab, sumber konflik bisa dari anak Anda atau temannya, sehingga perlu dicari informasinya dengan teliti dan netral tanpa menyudutkan siapa pun.

Moms dapat mengajarkan Si Kecil untuk tidak membalas tindakan temannya, melainkan mempertahankan diri. Jika perlu, ajari juga untuk meminta bantuan orang dewasa (seperti guru) ketika ia menghadapi situasi konflik dengan temannya. Tapi bukan dengan mengadu, melainkan bercerita tentang situasi dengan sebenar-benarnya, tanpa dilebih-lebihkan.

Perlu diingat bahwa tidak setiap orang bisa bersikap seperti Anda ketika menghadapi anak berkonflik. Anda hanya perlu menjadi orang tua yang baik, dengan banyak belajar dan bersabar, terutama dalam memahami karakter Si Kecil.

Sebab, pengelolaan emosi juga sama penting dengan meningkatkan intelegensi anak. Hal ini tentu akan memengaruhi kehidupan mendatang agar anak Anda lebih siap menghadapi persoalan hidup dengan lebih bijak dan tidak egois tentunya. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)