Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Berkumpul di tanah lapang, bermain lompat tali, petak umpet, atau ular naga. Berbagai kegiatan seru ini mungkin pernah menjadi bagian dari masa kecil Anda.
Sayang, pemandangan semacam itu sudah jarang terlihat. Anak-anak "zaman now" lebih banyak yang asyik bermain dengan gadget. Tak jarang, penggunaan gawai yang berlebihan membuat mereka menjadi kurang toleransi, tidak peka terhadap lingkungan sekitar, dan dewasa lebih dini.
Hal inilah yang menjadi tema Dongeng Musikal Senandung Anak Jaman yang digelar di Ciputra Artpreneur Theatre, Kuningan, Jakarta, pada Minggu (16/2/2020). Tidak kurang dari 119 relawan dari berbagai sekolah, menyuguhkan kisah yang terinspirasi dari fenomena yang terjadi di era digital di mana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu senggangnya untuk berinteraksi di dunia maya.
Dihiasi dengan lagu daerah macam Padang Bulan, plus tembang anak-anak lawas seperti Ambilkan Bulan serta Sahabat yang dipopulerkan Sherina, Dongeng Musikal Senandung Anak Jaman mencoba memperkenalkan sejumlah permainan tradisional kepada anak-anak masa kini, sekaligus mengingatkan mereka serunya bermain bersama teman-teman sebayanya.
Selain itu, drama musikal ini juga mengajarkan kepada anak-anak untuk saling mengasihi serta menghormati meski mereka memiliki latar belakang, hobi, serta minat yang berbeda.
"Kami berharap anak-anak yang tampil akan terasah bakat dan terbiasa saling menghormati dengan sesama pemain yang berbeda latar belakang. Sedangkan anak-anak yang menonton, gembira menyaksikan pertunjukan di teater yang megah. Semoga semuanya bisa menginspirasi anak-anak untuk memiliki kepercayaan diri dan mimpi," ucap Sony Kusbiyono yang biasa dipanggil Kakek Uban, Founder CCAI sekaligus sutradara pertunjukan.
Kepedulian CCAI
Selain menampilkan anak-anak yang baru pertama kali tampil di panggung teater, Dongeng Musikal Senandung Anak Jaman juga dibintangi sederet nama tenar seperti Sogi Indra Dhuaja, Dennis Adishwara, serta Inaya Wahid. Mereka semua tampil sebagai relawan lho! Alias tidak dibayar. Semua dilakukan demi menginspirasi anak-anak Indonesia, khususnya di bidang seni.
Perlu diketahui, Dongeng Musikal Senandung Anak Jaman digelar oleh Cerita Cinta Anak Indonesia (CCAI) bekerja sama dengan Ciputra Artpreuner. CCAI sendiri adalah sebuah komunitas sosial yang memiliki kepedulian khusus terhadap anak, khususnya anak-anak kaum marjinal, berkebutuhan khusus, dan difabel.
Total ada 1.100 kursi yang tersedia untuk menyaksikan Dongeng Musikal Senandung Anak Jaman. Istimewanya, 600 kursi di antaranya disediakan gratis untuk sejumlah komunitas anak lintas iman, berkebutuhan khusus dan difabel, serta anak-anak kaum marjinal.
"Tahun ini, Ciputra Artpreuner kembali ingin menunjukkan komitmennya memajukan bidang kesenian dengan menggelar pertunjukan Dongeng Musikal Senandung Anak Jaman bekerja sama dengan CCAI. Saya yakin pertunjukan ini bertujuan meningkatkan kepedulian sosial, membentuk karakter anak, sekaligus mendorong bakat serta kreativitas anak.," ucap Rina Ciputra, Presiden Direktur Ciputra Artpreuner.
Dukung Perkembangan Anak
Sejumlah orang tua yang mengajak anak-anaknya untuk menyaksikan Dongeng Musikal Senandung Anak Jaman juga mengaku sangat menyukai pertunjukan tersebut. "Selain menghibur dan mengajarkan sejumlah nilai sosial dalam pergaulan, dongeng musikal ini pas buat anak-anak. Sebuah pertunjukan yang tidak membuat mereka dewasa sejak dini," ungkap Puri yang datang bersama putrinya yang berusia 10 tahun.
Menurut Rosalina Verauli, M.Psi, Psi, psikolog anak dan remaja, drama musikal seperti Senandung Anak Jaman memang memiliki kekuatan tersendiri dalam mendukung perkembangan anak, khususnya dalam meningkatkan kemampuan berekspresi.
Dongeng, seni peran, dan musik juga menguatkan karakter positif dan kepercayaan diri anak serta mendorong perkembangan imajinasi, kreativitas, dan kemampuan linguistiknya. Anak juga akan terlatih mengelola emosi dan terampil secara sosial.
"Mari kita giatkan aktivitas mendongeng, khususnya dongeng musikal agar menjadi bagian dari anak Indonesia," ucap Verauli. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. CCAI)