Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, tentu sudah sering mendengar istilah pneumonia. Perlu diketahui, pneumonia adalah infeksi paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, pneumonia juga bisa disebabkan oleh jamur.
Pneumonia bisa menyerang siapa saja. Akan tetapi penyakit ini paling sering dialami anak-anak, khususnya yang berusia di bawah dua tahun. Sistem imunitas yang masih lemah atau belum terbentuk sempurna menjadi alasan mengapa anak-anak rentan didera pneumonia. Tubuh mereka belum mampu membasmi infeksi awal yang ringan sehingga menyebar ke paru-paru dan menyebabkan pneumonia.
Anak-anak yang memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia, antara lain:
⢠Bayi yang tidak mendapatkan air susu ibu (ASI)
⢠Anak-anak yang kurang gizi
⢠Anak yang mengidap HIV
⢠Anak yang terkena infeksi campak
⢠Anak yang tidak mendapatkan imunisasi
⢠Anak yang terlahir prematur
⢠Anak yang tinggal di lingkungan perokok atau pemukiman padat penduduk.
Gejala anak menderita pneumonia
Gejala peumonia pada Si Kecil terkadang memang terlewatkan. Agar bisa ditangani lebih dini, Moms bisa mulai waspada apabila buah hati Anda menunjukkan tanda-tanda berikut ini:
⢠Demam tinggi
⢠Sesak napas atau Si Kecil terlihat kesulitan ketika bernapas
⢠Hidung anak terlihat kembang-kempis saat bernapas
⢠Napas anak berbunyi
⢠Batuk dan pilek
⢠Si Kecil tidak mau makan atau menyusu
⢠Anak mengalami nyeri dada atau perut
⢠Anak terlihat gelisah dan lemas
⢠Bibir dan kuku tampak membiru
⢠Dalam beberapa kasus, bayi yang mengalami pneumonia akibat infeksi virus terkadang juga bisa mengalami muntah disertai diare.
Apabila Si Kecil memperlihatkan tanda-tanda tersebut, sangat disarankan bagi Moms dan Dads untuk segera membawanya ke dokter guna diperiksa secara menyeluruh. Biasanya, dokter yang mencurigai adanya penyakit pneumonia pada anak juga akan meminta dilakukan pemeriksaan darah serta rontgen.
Pengobatan pneumonia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Jika disebabkan bakteri, maka dokter akan memberikan antibiotik kepada Si Kecil. Jika disebabkan virus, artinya antibiotik tidak diperlukan. Pneumonia akibat infeksi virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu sekitar 4 minggu.
Pada kasus pneumonia yang berat yang ditandai anak terlihat sangat lemas, tidak mau makan dan minum, serta terdapat gagal napas, kejang, atau tanda-tanda dehidrasi, artinya dibutuhkan perawatan di rumah sakit. Meski terkesan ringan, pneumonia tidak bisa dianggap sepele dan bisa mengancam nyawa.
Mencegah pneumonia pada anak
Agar Si Kecil terhindar dari penyakit pneumonia, Moms bisa melakukan langkah-langkah berikut:
1. Memberikan ASI pada bayi, setidaknya selama enam bulan pertama. ASI punya peranan penting dalam menguatkan daya tahan tubuh anak secara alami dalam melawan penyakit. Selain itu, Moms juga perlu memastikan kebutuhan nutrisi Si Kecil terpenuhi dan melengkapi menu makanannya dengan buah, sayuran, serta makanan bergizi lainnya. Jangan lupa menjaga kebersihan bahan-bahan makanan.
2. Imunisasi, termasuk imunisasi HiB (haemophilus influenzae tipe B), vaksin campak, serta vaksin pertusis atau batuk rejan yang dikenal dengan imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus). Imunisasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah pneumonia.
3. Menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih di rumah. Hal ini meliputi kebersihan diri seperti mencuci tangan sebelum makan, menjauhkan anak dari asap rokok atau polusi udara, serta menjaga sanitasi, seperti kebersihan rumah dan ventilasi udara yang baik. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)