Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms dan Dads mungkin memilih untuk memiliki satu anak saja atau disebut anak tunggal. Namun, ada mitos yang menyebutkan bahwa anak tunggal memiliki stigma negatif di lingkungan. Misalnya, ia menjadi manja, egois, bahkan tak kenal kompromi dengan kesepakatan apa pun.
Ternyata, stigma itu kurang tepat lho, Moms! Menurut Denise Duval Tsioles, Ph.D., Direktur Child Therapy Chicago dan Susan Newman, Ph.D., penulis buku The Case for the Only Child: Your Essential Guide and Parenting an Only Child, anak tetap punya banyak tempat untuk melatih sosialisasi.
"Anak-anak memiliki banyak kesempatan untuk bersosialisasi, terutama ketika mereka bersekolah. Mereka berinteraksi dengan anak-anak lain sepanjang hari di sekolah, selama kegiatan ekstrakurikuler, dan di berbagai fungsi sosial dan teman sebaya lainnya," kata Duval seperti dilansir Purewow.
Selain itu, Susan juga menegaskan bahwa belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan kebenaran mengenai stereotipe anak tunggal tersebut. Dikutip dari ABC News, Susan juga menambahkan ada ratusan penelitian yang menunjukkan kalau anak tunggal tidak beda dengan anak-anak lainnya.
Anak tunggal mudah kesepian?
Karena sering sendiri di rumah, maka banyak yang beranggapan bahwa anak tunggal mudah kesepian. Padahal sebenarnya, mereka lebih mudah memanfaatkan waktu kesendiriannya untuk membentuk pribadi serta karakternya menjadi lebih kuat.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Personality and Social Psychology Bulletin menyebutkan kesendirian dapat membuat tubuh lebih relaks dan mengurangi stres ketika individu secara aktif memilih untuk menyendiri. Karena hal ini, akan lebih baik jika orang tua mengarahkan Si Kecil untuk melakukan aktivitas positif agar ia tak merasa kesepian.
Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan anak tunggal bisa memiliki prestasi yang lebih baik daripada anak lain yang memiliki saudara. Selain aktivitas yang bisa ia ikuti untuk meningkatkan kemampuan, perhatian orang tua juga jadi lebih fokus dan diberikan sepenuhnya untuk Si Kecil.
Karena sering bermain sendiri, maka Si Kecil juga tidak mudah agresif serta lebih tenang karena tidak ada persaingan antarsaudara. Secara psikologis, anak tunggal juga lebih perasa, namun jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasinya, ia bisa lebih reaktif.
Baca juga: 4 Hal Penting untuk Hindari Siblings Rivalry
Pengaruh pola asuh
Anak tunggal tak melulu egois dan manja. Semua itu kembali pada pola asuh yang diterapkan oleh Moms dan Dads. Penelitian menunjukkan bahwa anak tunggal memiliki kepercayaan diri yang tinggi, terorganisasi dengan baik, serta ambisius.
Seperti dijelaskan juga sebelumnya, bahwa orang tua pun menjadi lebih fokus untuk mendidik satu anak. Dengan begitu, Si Kecil dapat mengembangkan dirinya dalam banyak hal, baik akademik, bakat seni, hingga kemampuan bersosialisasi yang baik melalui fasilitas yang diberikan orang tua kepadanya, terutama saat dewasa nanti.
Menjadi anak satu-satunya di rumah juga bisa membuat Anda serta Si Kecil memiliki ikatan yang sangat erat. Sebab, sebagian besar waktunya hanya dihabiskan bersama Moms dan Dads, yang telah memberikan perhatian maksimal dan ia rasakan sendiri.
Keuntungan lain yang juga cukup terasa adalah keuangan keluarga yang tentunya jadi lebih sedikit dibandingkan jika punya 2 anak atau lebih. Meskipun begitu, Anda dan pasangan tentu punya keputusan sendiri untuk jumlah anak yang diinginkan di rumah, yang disesuaikan dengan kapasitas keluarga dari banyak sisi.
Tetapi satu hal yang penting untuk diajarkan adalah tentang berbagi. Apabila Si Kecil tidak dikenalkan pada konsep berbagi dengan orang lain, sifat posesif yang ia miliki karena selalu memiliki barangnya untuk diri sendiri bisa memengaruhi kemampuan sosialisasinya. Jadi, pastikan anak tunggal Anda tidak menjadi posesif ya, Moms. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- anak
- balita
- anak tunggal