Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Waspada Aritmia, Gangguan pada Irama Detak Jantung

Waspada Aritmia, Gangguan pada Irama Detak Jantung

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Kita semua tahu, jantung berdetak seperti memiliki irama. Namun, ada kalanya irama detak jantung mengalami gangguan dan tidak teratur, kadang terlalu cepat, atau sebaliknya, kadang terlalu lambat. Nah, gangguan yang terjadi pada irama jantung ini disebut dengan aritmia. Untuk mengetahui lebih jauh seputar aritmia, yuk, baca artikelnya berikut ini, Moms!

Gejala seseorang menderita aritmia

Aritmia terjadi karena impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung normal tidak bekerja dengan baik atau mengalami gangguan. Sebenarnya aritmia normal terjadi pada kondisi jantung yang sehat. Namun bila terjadi terus-menerus atau berulang, aritmia bisa menandakan adanya masalah pada organ jantung.

Menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), dokter spesialis kardiovaskular dari RS Metropolitan Medical Centre, normalnya jantung berdenyut sebanyak 50-90 kali per menit. Saat jantung berdenyut cepat, ia akan berdetak hingga 200 kali per menit. Sementara denyut jantung melambat ketika ia berdetak 40 kali per menit. Detak jantung yang terlalu cepat disebut dengan tachycardia, dan detak jantung yang terlalu lambat disebut dengan bradycardia.

Gejala yang paling umum dari aritmia adalah ketidaknormalan dari detak jantung. Meskipun begitu, aritmia bisa terjadi tanpa menimbulkan gejala, sehingga kadang tidak disadari oleh penderitanya. Gejala aritmia yang dapat muncul antara lain jantung berdetak lebih cepat atau lambat daripada biasanya, berkeringat, pusing, merasa cepat lelah, sesak napas, nyeri dada, hingga pingsan.

Walaupun demikian, seseorang yang mengalami gejala di atas belum tentu mengalami aritmia. Oleh karena itu, pemeriksaan oleh dokter diperlukan agar dapat diketahui apa yang memicu gejala tersebut.

Penyebab aritmia

Aritmia sendiri dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi di bawah ini:

• Penyakit jantung koroner

• Penyakit jantung bawaan

• Gangguan elektrolit, seperti kelebihan atau kekurangan kalium

• Konsumsi obat pilek atau obat alergi

• Sleep apnea

• Hipertensi

• Diabetes

• Gangguan tiroid, misalnya hipertiroidisme

• Kelainan katup jantung

• Serangan jantung

Selain itu, aritmia juga dapat dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti:

• Stres

• Kurang tidur 

• Kebiasaan merokok 

• Konsumsi minuman beralkohol atau berkafein secara berlebihan

• Penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Pengobatan aritmia

Untuk menentukan apakah seseorang menderita aritmia, dokter biasanya akan menanyakan gejala yang muncul dan mendengarkan detak jantungnya. Setelah itu, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

• Elektrokardiogram (EKG) untuk merekam aktivitas listrik jantung dalam kondisi berbaring.

• Uji latih jantung untuk mengukur aktivitas jantung saat pasien melakukan latihan fisik, misalnya mengayuh sepeda statis atau berjalan di atas treadmill.

• Echo jantung untuk melihat struktur dan fungsi jantung. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan gelombang suara.

Dokter juga mungkin akan menjalankan pemeriksaan lain, guna melihat kemungkinan adanya penyakit yang mendasari aritmia, yaitu pengukuran kadar elektrolit, pengukuran kadar gula darah, katerisasi jantung, dan biopsi.

Pengobatan aritmia sendiri bertujuan untuk mengatasi irama jantung yang tidak teratur. Metode yang digunakan tergantung pada jenis gangguan irama jantung yang dialami, apakah terlalu cepat atau terlalu lambat. (M&B/SW/Dok. Freepik)