Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, banyak anak-anak di Indonesia masih rawan akan kekurangan gizi. Menurut Direktur Gizi Kementerian Kesehatan Indonesia, dr. Dhian Dipo, Indonesia dihadapkan pada masalah kekurangan gizi, khususnya ibu hamil dan balita. Kekurangan gizi, bisa menyebabkan efek stunting atau bisa disebut manusia kerdil atau pendek, karena asupan nutrisi yang tidak seimbang saat hamil dan periode emas Si Kecil.
Untuk meningkatkan kewaspadaan gizi buruk, Departemen Kesehatan RI setiap tahunnya bekerjasama dengan berbagai institusi, baik nasional maupun internasional. Salah satunya dengan UNICEF, dan Uni Eropa (UE), sebagai funding dan advisor pemetaan masalah gizi buruk dan stunting di Indonesia. Melalui dana yang diluncurkan UE sebesar $ 4 juta pada 2012, pemerintah dipandu oleh UNICEF mengalokasikan dana tersebut ke seluruh provinsi, dan terkonsentrasi di tiga provinsi besar dengan kasus gizi buruk, yakni Irian Jaya-Papua, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.
“Untuk masalah ini, dana yang dihibahkan UNICEF, akan difokuskan pada pelayanan Posyandu. Semoga dengan partisipasi masyarakat dan pihak-pihak terkait, dapat meningkatkan kesejahteraan anak Indonesia,” ujar Dhian. Ia juga mengatakan, di daerah-daerah tertentu di Indonesia, faktor kebudayaan merupakan salah satu penyebab terjadinya mal nutrisi.
"Misalnya, ada budaya di mana seorang bapak selalu didahulukan mengonsumsi makanan, sedangkan istri dan anak mendapatkan makanan sisa, atau jatah yang lebih sedikit dari Sang Ayah. Budaya tersebut perlu diperhatikan, kalau tidak malnutrisi akan tetap menyertai anak-anak tersebut," tambah Dhian. (anggita/dok.M&B)