Type Keyword(s) to Search
BABY

Waspada dan Kenali Bahaya Asfiksia pada Bayi Baru Lahir!

Waspada dan Kenali Bahaya Asfiksia pada Bayi Baru Lahir!

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Apabila bayi Anda terlahir tanpa menangis, warna kulitnya kebiruan, dan sulit bernapas, maka waspada, Moms! Ada kemungkinan Si Kecil mengalami asfiksia.

Bayi memerlukan persediaan oksigen yang cukup selama proses persalinan. Oksigen ini berfungsi untuk membantu menjalankan semua organ yang berada di dalam tubuh bayi. Tanpa oksigen, otak dan organ lainnya tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.

Nah, kondisi kekurangan oksigen sebelum, selama, dan setelah proses persalinan inilah yang disebut dengan asfiksia. Kasus kekurangan oksigen pada bayi baru lahir disebut asfiksia perinatal atau neonartum. Asfiksia merupakan salah satu komplikasi kelahiran yang tidak bisa dianggap sepele karena berakibat fatal. Tanpa asupan oksigen yang cukup, jaringan dan organ tubuh bayi akan mengalami kerusakan.

Gejala asfiksia

Sesungguhnya, asfiksia pada bayi baru lahir bisa berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya. Terkadang, gejalanya bisa langsung muncul, akan tetapi dalam beberapa kasus, gejala tak terdeteksi sesaat setelah bayi dilahirkan.

Salah satu tanda yang biasanya muncul, yaitu denyut jantung bayi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Berikut adalah gejala asfiksia perinatal sebelum bayi dilahirkan:

• Denyut atau irama jantung yang tidak normal.

• Peningkatan kadar asam dalam aliran darah bayi.

Setelah lahir, bayi yang mengalami asfiksia bisa menunjukkan gejala-gejala berikut ini:

• Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan.

• Susah bernapas hingga bayi terlihat bernapas dengan cepat atau terengah-engah dan menggunakan perut.

• Detak jantung agak melambat.

• Otot melemah.

• Bayi terlihat lemas.

Lama waktu bayi tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup dapat memengaruhi ringan serta parahnya gejala asfiksia. Artinya, semakin lama bayi tidak memperoleh asupan oksigen yang cukup, semakin besar pula kemungkinan gejala asfiksia muncul.

Dalam beberapa kasus, gejala asfiksia yang parah pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ, seperti jantung, otak, ginjal, dan paru-paru. Itulah alasan mengapa bayi yang mengalami asfiksia harus segera ditangani.

Penyebab asfiksia

Ada berbagai hal yang bisa menyebabkan asfiksia pada bayi yang baru lahir, antara lain:

• Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.

• Persediaan oksigen dalam darah ibu tidak tercukupi sebelum maupun selama persalinan.

• Ada masalah pada saluran pernapasan bayi.

• Bayi mengalami anemia sehingga sel-sel darah tubuhnya tidak mendapatkan cukup oksigen.

• Ada penyakit infeksi yang menyerang ibu atau bayi.

• Proses persalinan yang sulit atau memakan waktu lama.

• Ada masalah pada plasenta yang membungkus tubuh bayi.

• Plasenta lepas terlalu cepat saat melahirkan sehingga membuat bayi susah bernapas.

• Tali pusat prolaps atau tali pusat yang terjepit.

• Terjadi sindrom aspirasi mekonium, yaitu mekonium bayi terhirup sebelum, selama, atau setelah persalinan.

• Saat kelahiran bayi sebelum 37 minggu (bayi prematur), maka paru-paru bayi belum berkembang sehingga tidak dapat bernapas.

Persedian oksigen yang kurang pada bayi sebelum, selama, atau setelah melahirkan bisa terjadi dalam dua cara. Pertama, menyebabkan gangguan secara langsung atau terjadi beberapa menit setelah persalinan. Kedua, gangguan yang muncul ketika sel-sel tubuh sebenarnya sudah tidak lagi kekurangan oksigen tapi sel-sel tersebut justru melepaskan racun ke dalam tubuh bayi.

Diagnosis asfiksia

Guna mendiagnosis asfiksia pada bayi baru lahir, dokter atau tim medis perlu melakukan penilaian menggunakan skor Apgar (Apgar Score). Pemeriksaan dilakukan sekitar 1-5 menit dengan menilai pernapasan, nadi, otot, respons terhadap rangsangan, maupun kondisi fisik bayi.

Skor bisa berkisar dari angka 0 hingga 10. Jika setelah 5 menit diperiksa ternyata skor Apgar bayi berada di bawah angka 7, maka kemungkinan ia mengalami asfiksia perinatal. Jika hasil pemeriksaan berada di angka 3 atau kurang, artinya bayi tersebut positif mengalami asfiksia.

Penanganan asfiksia

Pemberian perawatan untuk ibu dan bayi yang mengalami asfiksia biasanya ditentukan dua hal, meliputi tingkat keparahan gejala bayi serta waktu ketika bayi didiagnosis mengalami asfiksia.

Jika asfiksia sudah terdeteksi sebelum kelahiran, ibu mungkin akan diberikan oksigen tambahan guna meningkatkan suplai oksigen ke bayi. Biasanya, dokter juga menyarankan persalinan melalui operasi caesar untuk mencegah risiko terjadinya komplikasi selama melahirkan.

Setelah lahir, bayi dengan asfiksia juga memerlukan pemberian ventilasi atau tindakan memasukkan oksigen ke dalam paru-paru bayi guna memudahkan pernapasannya. Selain itu, dokter dan tim medis juga akan selalu memantau tekanan darah dan asupan cairan bayi guna memastikan ia mendapatkan oksigen yang memadai. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)