Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Timbul Rasa Nyeri saat Haid, Normal atau Tidak?

Timbul Rasa Nyeri saat Haid, Normal atau Tidak?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Saat memasuki masa pubertas, setiap wanita pasti mengalami haid atau menstruasi dengan siklus normal sekitar 30 hari sejak hari terakhir haid. Kondisi ini bisa menimbulkan rasa nyeri, bahkan bisa menganggu aktivitas Anda karena harus menahan sakitnya.

Keluhan nyeri haid ini memang dianggap normal. Namun, ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai, karena nyeri haid juga bisa menjadi pertanda dari gangguan kesehatan lain. Seperti apa nyeri haid yang tidak normal? Dr. Thomas Chayadi, Sp.OG, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, RS Pondok Indah – Puri Indah menjelaskannya untuk Anda.

Baca juga: Mengenal Prosedur Tummy Tuck untuk Perut Rata dan Indah


Normal atau Tidak Normal?

Secara umum, nyeri haid dapat diklasifikasikan sebagai primer dan sekunder. Nyeri haid primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan berasal dari kontraksi rahim, tanpa penyakit atau tidak ditemukan adanya kelainan. Nyeri haid primer terjadi karena kurangnya suplai darah pada otot rahim yang disebabkan kontraksi pada otot rahim yang sering dan memanjang.

Kram haid juga timbul secara intermiten dengan intensitas yang berbeda dan biasanya berpusat pada daerah perut bawah. Pola ini biasanya terjadi secara konsisten selama siklus menstruasi. Nyeri haid primer bisa terjadi sebelum atau bersamaan dengan menstruasi dan berkurang secara bertahap setelah 72 jam.

Berbeda halnya dengan nyeri haid sekunder, di mana kondisi ini berhubungan dengan penyakit pada daerah panggul, seperti endometriosis, adenomiosis, atau mioma uteri. Beberapa gejala yang timbul di antaranya intensitas nyeri yang meningkat, dapat terjadi pada pertengahan siklus dan pada minggu haid yang sedang terjadi.

Endometriosis sendiri muncul pada rektum dapat mengakibatkan nyeri saat buang air besar. Jika tumbuh di vagina atau infiltrasi dalam, ini dapat menyebabkan rasa nyeri saat berhubungan. Sedangkan pada kelainan akibat mioma, nyeri disebabkan oleh haid yang berlebihan dan intensitasnya berhubungan dengan volume aliran haid.


Pengobatan Nyeri Haid


Dalam buletin Health First, dr. Thomas menambahkan bahwa nyeri haid primer bisa diatasi dengan mengompres perut yang kram dengan air hangat. Selain itu, Anda juga perlu melakukan olahraga secara teratur, mengonsumsi makanan berkalsium, dan menghindari makanan yang menyebabkan faktor risiko, seperti makanan yang mengandung lemak tinggi.

Menerapkan pola hidup sehat menjadi salah satu cara untuk mencegah atau meminimalisir rasa nyeri ketika haid. Kebiasaan sehat yang dianjurkan antara lain:

• Konsumsi makanan yang dapat mengurangi rasa sakit atau kram saat menstruasi seperti makanan berkalsium tinggi (susu, almond, sayuran hijau, biji wijen), kayu manis, dan jahe.

• Hindari minuman beralkohol, kafein, dan berkarbonat.

• Jauhi makanan yang berlemak.

• Berolahraga secara teratur, tiga kali seminggu, bisa mengeluarkan endorfin yang dapat berfungsi sebagai antinyeri dan meningkatkan mood secara alami.

Apabila rasa sakit semakin sulit ditahan, pemberian antinyeri seperti asam mefenamat dan ibuprofen bisa dilakukan. Bahkan, pil KB kombinasi atau pengobatan yang sesuai dengan penyakit gangguan kesehatan (penyakitnya) juga bisa diberikan. Namun, kondisi yang perlu Anda waspadai dan perlu segera dikonsultasikan dengan dokter di antaranya:

• Nyeri yang hebat di daerah panggul.

• Intensitasnya meningkat.

• Nyeri bisa timbul di tengah-tengah siklus atau selama menstruasi, bisa terjadi selama satu minggu.

• Disertai gejala lain, seperti sakit saat berhubungan intim. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)