Type Keyword(s) to Search
BABY

Bagaimana Cara Menangani Penyakit Fimosis pada Bayi?

Bagaimana Cara Menangani Penyakit Fimosis pada Bayi?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Kondisi bayi yang baru lahir memang tak selalu sehat sempurna. Salah satu yang bisa dialami Si Kecil adalah fimosis, yaitu kulit preputium (kulit kulup penis) tidak dapat ditarik ke arah pangkal. Penyakit ini sudah bisa terdeteksi sejak bayi berusia 3 bulan.

Fimosis sendiri masih dianggap wajar apabila terjadi di usia bayi maupun balita yang belum disunat. Namun, jika kondisi ini mengganggu, seperti anak jadi susah buang air kecil, maka perlu adanya tindakan penanganan untuk mengatasi kondisi tersebut, Moms.


Faktor Penyebab Fimosis

Penyakit yang bisa terjadi pada bayi ini merupakan kondisi bawaan dari lahir. Hal tersebut disebabkan oleh tidak berkembangnya ruangan di antara kulup dan penis. Selain itu, fimosis juga bisa terjadi karena adanya infeksi pada kulit depan penis dan trauma atau benturan.

Kondisi kesehatan bayi, seperti mengalami diabetes tipe-1, juga bisa mengakibatkan timbulnya fimosis. Penyakit ini membuat penderitanya mudah terinfeksi, seperti terjadi peradangan pada kepala penis atau pada kulup dan kepala penis.

Baca juga: Jika Bayi Mengalami Masalah Kulit dan Muncul Koreng


Tanda-Tanda Fimosis pada Bayi


Apabila Si Kecil mengalami fimosis, ada beberapa hal yang akan tampak. Yang paling mendasar, bayi akan mengalami demam serta tidak mau menyusu. Pada bagian alat vital, ujung penis akan tampak menyempit dan kulitnya tidak dapat ditarik ke arah pangkal penis saat dibersihkan.

Apabila infeksi dari penyakit ini menjadi lebih parah, akan terlihat kulit penis berwarna kemerahan, hingga membuatnya bengkak atau nyeri dan menyebabkan peradangan pada kepala penis (balanitis). Dengan kondisi tersebut, anak pun menjadi rewel karena merasa kesakitan ketika buang air kecil.


Cara Tepat Menangani Fimosis

Untuk beberapa kasus fimosis ringan, penyakit ini tidak memerlukan perawatan khusus. Sebab, umumnya pelekatan ini akan terpisah secara alami, khususnya pada usia 5-7 tahun atau usia pubertas. Dan sebaiknya, Anda tidak menarik secara paksa pelekatan antara kulup dan kepala penis, karena berisiko menimbulkan luka pada kulup bayi.

Untuk pencegahan yang dilakukan agar kondisinya tak semakin parah, Moms harus teratur dalam membersihkan area vital Si Kecil. Gunakan air hangat untuk membasuh penis bayi setiap hari, khususnya pada waktu mandi. Hindari penggunaan bedak dan sabun yang berbau wangi, agar tak menyebabkan iritasi.

Namun, apabila timbul gejala fimosis yang mengganggu tumbuh kembang Si Kecil, segera konsultasikan dengan dokter. Pemeriksaan fisik akan dibutuhkan untuk memberikan pengobatan yang tepat terkait kondisi bayi. Ada dua hal yang bisa dilakukan, yaitu:

• Mengoleskan krim pada ujung kulit kulup pada kepala penis selama beberapa waktu untuk membantu mengendurkan kulit.

• Melakukan sunat atau khitan. Ini dianggap sebagai pengobatan terbaik untuk fimosis. Terdapat tiga metode, yaitu konvensional, laser, dan klamp. Namun, sebaiknya diskusikan terlebih dahulu dengan dokter terkait tindakan ini ya, Moms. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)