Type Keyword(s) to Search
KID

Cara Berkomunikasi dengan Anak Remaja, Mana Tipe Anda?

Cara Berkomunikasi dengan Anak Remaja, Mana Tipe Anda?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, Anda punya anak yang sebentar lagi memasuki fase remaja? Bagaimana pola komunikasi Anda dengan buah hati Anda tersebut? Pada fase remaja, tidak jarang orang tua mengalami tantangan dalam berkomunikasi dengan anaknya. Akibatnya, komunikasi menjadi terhambat. Padahal, melalui komunikasilah anak banyak belajar dari orang tuanya.

Komunikasi memang jadi salah satu hal yang sering dikeluhkan orang tua. Saat anak beranjak remaja, ia akan mendadak diam seribu bahasa atau tidak mau berbincang dengan ayah dan ibunya, sehingga membuatnya menjauh dari keluarga.

Gaya Komunikasi Orang Tua dan Anak Remaja

Dalam buku 1001 Cara Bicara Orang Tua dengan Remaja yang diterbitkan atas kerjasama antara Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP), ada beberapa macam gaya komunikasi antara orang tua dan anak remaja, yaitu:

1. Asertif. Pada gaya komunikasi ini, pesan disampaikan secara jelas dan lugas serta menghormati lawan bicara. Contoh: "Ibu khawatir keselamatan kamu. Tolong kabari ibu ya, kalau kamu pulang terlambat."

2. Agresif. Gaya komunikasi ini cenderung mengintimidasi lawan bicara dan bertujuan menguasai lawan bicara. Contoh: "Kok telat pulangnya? Kan ibu sudah bilang jam 18 sudah harus sampai rumah. Kamu enggak dengerin sih omongan ibu. Awas kalau besok telat lagi, tidak ibu kasih uang jajan."

3. Pasif-Agresif. Mirip dengan gaya agresif, namun secara tidak langsung, dengan tujuan mengambil keuntungan dari pihak lain, serta menggunakan gaya kebalikan dari gaya agresif. Contoh: "Oh, masih ingat pulang. Kemana saja kamu? Kirain sudah punya rumah lain. Sebagai hukuman, kamu cuci piring seminggu ini, ya."

4. Manipulatif. Penuh dengan drama, mengambil keuntungan dari pihak lain, dan membuat pihak lain merasa bersalah. Tak jarang, orang tua mencurahkan segenap kemampuan bermain peran, termasuk dengan derai air mata. Contoh: "Kamu enggak sayang ya sama ibu? (mulai terisak-isak). Ibu kan bingung nunggu kamu pulang. Kalau ada apa-apa, bagaimana? (menangis). Mana ibu dimarahin sama ayah karena kamu enggak pulang. Kamu enggak kasihan ya sama ibu? Kamu kasih tahu ya kemanapun kamu pergi? Janji?"

5. Submisif. Menyenangkan orang lain karena menghindari konflik, biasanya merasa inferior terhadap lawan bicara, dan tidak ada teguran atau pertanyaan ingin tahu meskipun anak remaja pulang terlambat. Contoh: "Ya sudah, ganti baju dan istirahat sana."

6. Langsung. Bersifat segera dan sekaligus memberi informasi serta terkesan seperti memberi instruksi. Contoh: "Dengar ya, besok kalau jam 18.00 kamu masih di jalan, kamu langsung telepon ibu untuk kasih tahu posisimu, paham?"

7. Tidak langsung. Berkebalikan dari gaya komunikasi langsung, pesan yang disampaikan tidak jelas dan dapat menyebabkan banyak permasalahan. Contoh: Kamu kok pulangnya malam sekali? Kan kamu juga yang repot, hari gini pasti susah cari angkot. Banyak orang jahat. Kalau kamu celaka, nanti sekolahmu bagaimana? Kalau kamu sakit, ibu dan ayah juga yang bingung, semua orang jadi repot. Di rumah jadi banyak kerjaan, enggak ada yang bantuin."

Dengan menyadari gaya komunikasi yang sering kita gunakan, kita bisa melatih diri untuk menggunakan gaya yang lebih sesuai agar proses komunikasi dengan remaja menjadi lebih baik. Remaja butuh untuk diterima dan dipahami oleh lingkungannya, termasuk keluarga.

Tips Ketika Orang Tua Berkomunikasi dengan Anak

1. Dihayati. Ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan remaja, hendaknya orang tua mencurahkan segenap pikiran dan perasaan saat momen tersebut berlangsung.

2. Diterima. Apa pun yang disampaikan oleh remaja, terima tanpa menghentikan atau menunjukkan ketidaksetujuan secara langsung.

3. Didengarkan. Kadang remaja tidak perlu jawaban. Mereka hanya perlu didengarkan. Dengan didengarkan, mereka merasa istimewa, merasa penting.

4. Ditanggapi. Cara merespons pun harus tepat. Pilih gaya komunikasi yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi saat proses komunikasi berlangsung, tentunya agar efektif. (M&B/SW/Dok. Freepik)