Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Mengenal Persalinan dengan Metode Natural C-Section

Mengenal Persalinan dengan Metode Natural C-Section

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Seringkali para ibu hamil yang melakukan persalinan C-section merasa tidak puas. Mereka merasa bukanlah sebagai ibu, seperti para ibu yang melakukan persalinan normal. Tak hanya tidak bisa merasakan pengalaman terlibat langsung dalam kelahiran sang bayi, sesi kontak skin-to-skin dan inisiasi menyusui dini (IMD) pun berkurang.

Karena, setelah bayi terlahir, Si Kecil akan dibawa ke ruang lain untuk dilakukan pemeriksaan atau perawatan oleh dokter anak sampai ia siap berada di pelukan Moms. Jeda yang cukup lama tersebut tentu akan melewatkan sesi bonding dan IMD bagi sang ibu dan bayi.


Metode Gentle C-Section

Namun, kini para dokter di dunia mengembangkan metode operasi caesar agar sang ibu dan bayi juga bisa merasakan bonding dan IMD secara langsung ketika bayi lahir, seperti yang terjadi dalam persalinan normal.

Metode yang dinamakan gentle C-section atau operasi caesar 'alami' ini dikembangkan oleh Dr. Felicity Plaat bersama koleganya di Queen Charlotte's Hospital, London, Inggris, sejak 2008. Menurut dr. Firman Santoso, Sp.OG, dari Brawijaya Women & Children Hospital, metode yang juga dikenal dengan natural C-section ini sudah mulai umum dilakukan di berbagai rumah sakit di Indonesia.

"Inti dari metode ini adalah women centered birth dan mengurangi peran pasif ibu sebagai pasien. Women centered birth maksudnya adalah persalinan yang berorientasi kepada kepentingan bonding ibu dan bayi," ujar dr. Firman.

Dokter spesialis obgyn ini pun menambahkan, dalam metode natural C-section, peran ibu sebagai pasien aktif lebih ditingkatkan. Metode ini berusaha untuk menyerupai persalinan normal. "Ibu akan melihat seluruh proses persalinan. Terutama, ketika kepala bayi keluar melalui insisi atau sayatan minimal pada kulit bagian perut.

Prosesnya terjadi secara perlahan karena mengikuti tempo sang bayi yang sedang berusaha untuk keluar dari perut ibu yang telah disayat (small skin incision) tersebut. Ya, bayi akan berusaha keluar sendiri, sementara tim medis hanya akan membantu minimal sekali. Proses ini pun tanpa ditutupi tirai atau drapping sterile seperti pada operasi umumnya," jelas dr. Firman.

Selain itu, dr. Firman juga menjelaskan bahwa keaktifan sang ibu akan berlanjut karena diharapkan tak hanya melihat, tetapi Moms juga akan mengalami dan segera mendekap sang bayi yang telah dilahirkan. Proses kontak skin-to-skin atau mother-to-baby bond pun bisa tercapai lebih awal. Karena itu, anestesi yang diberikan umumnya lebih sedikit kombinasinya.


Diskusikan dengan Dokter Terlebih Dulu

Dari proses tersebut, memperlihatkan bahwa natural C-section berbeda dengan proses C-section biasa. "Karena itu, metode natural C-section ini pun mendapat perhatian yang cukup luas saat ini. Sebab, prosesnya yang melibatkan peran aktif sang ibu untuk melihat dan mengalami seluruh proses persalinan," tambah dr. Firman.

Meski begitu, jika Moms ingin mencoba persalinan natural C-section ini, sebaiknya diskusikan dahulu dengan dokter. "Ada baiknya Moms dan dokter berkomunikasi secara intens. Di dalam komunikasi ini akan dilakukan edukasi, bila perlu demonstrasi lewat video tentang proses natural C-section. Dengan begitu, Moms bisa mengutarakan semua kekhawatirannya. Moms juga bisa mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang masih mengganjal. Edukasi dan komunikasi yang baik akan membuat proses persalinan melalui natural C-section akan lebih aman," tutur dr. Firman.

Dengan adanya edukasi dan komunikasi, natural C-section ini bisa direncanakan dengan baik dan matang. Namun, metode ini tidak disarankan untuk kasus-kasus darurat seperti kasus severe pre-eclampsia, fetale distress, perdarahan yang tidak terkontrol, letak bayi sungsang, dan lainnya.

Dr. Firman bercerita bahwa para ibu yang sudah pernah memilih proses persalinan natural C-section ini umumnya mengatakan bahwa mereka bisa merasakan sebagai seorang ibu. "Sebab, mereka bisa ikut merasakan dan mengalami proses persalinan secara aktif. Seluruh proses persalinan dilihat secara langsung ketika bayi keluar atau lahir. Early skin-to-skin contact pun dirasakan sangat penting untuk meningkatkan bonding antara sang ibu dan bayi," lanjut dr. Firman. (M&B/SW/Dok. M&B Pictures Library)