Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Memberikan stimulasi atau rangsangan pada bayi memang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang Si Kecil sesuai tahapan usianya. Namun, bolehkah stimulasi itu diberikan secara berlebihan?
Dr. Ni Ketut Prami Rukmini, Sp.A dari RS Kemang Medical Care mengatakan, stimulasi atau rangsangan yang cukup merupakan sesuatu yang diperlukan bayi di dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya yang meliputi empat ranah, yaitu kemampuan motorik kasar, kemampuan adaptif-motorik halus, bahasa, dan personal sosial. Untuk mendukung pertumbuhan ini juga diperlukan asupan gizi yang cukup sehingga Si Kecil mampu mencapai perkembangan yang optimal.
Yang perlu Moms ketahui, kata dr. Prami, setiap bayi memerlukan stimulasi yang berbeda sesuai dengan kemampuan masing-masing bayi karena kemampuan otak setiap bayi tidak sama. Karena itu, seharusnya setiap bayi diberikan stimulasi yang wajar, yaitu stimulasi yang diberikan sesuai dengan usia perkembangannya.
Apa Bahaya Stimulasi yang Berlebihan?
Lalu, apakah ada bahayanya bila seorang bayi diberikan stimulasi yang berlebihan? "Stimulasi berlebihan adalah memberikan rangsangan yang melebihi tahap perkembangan bayi di keempat ranah perkembangan. Padahal, sebetulnya fisik dan kemampuan otak bayi belum siap untuk menerima stimulasi itu," papar dr. Prami.
Tentu saja hal ini dapat menimbulkan gangguan pada bayi. Jadi, jelaslah bahwa bayi tidak boleh diberikan stimulasi berlebihan karena dapat memberikan gangguan. Respons dari gangguan tersebut berbeda-beda, tergantung dari ranah perkembangan mana yang mendapat stimulasi berlebihan.
Bentuk-Bentuk Stimulasi Berlebihan pada Bayi
Bentuk stimulasi berlebihan berbeda pada tiap usia dan ranah perkembangan. Misalnya, untuk motorik kasar, kemampuan duduk tanpa pegangan paling awal seorang bayi adalah usia 5 bulan dan dikatakan terlambat bila sampai usia 7 bulan ia belum dapat melakukannya. Pada stimulasi berlebihan dilakukan usaha untuk mendudukkan bayi pada usia kurang dari 5 bulan dan ini dapat mengganggu struktur tulang penyokongnya.
Untuk bahasa, pada usia 7 bulan paling awal ia mampu mengatakan "mama" atau "papa" secara spesifik dan paling telat pada usia 13 bulan. Bila distimulasi terlalu awal, ia bisa kebingungan dengan banyaknya ocehan yang diajarkan.
Untuk ranah adaptif motorik halus, misalnya pada usia paling cepat 6 bulan dan selambatnya usia 10 bulan, seorang bayi sudah harus mampu membenturkan dua kubus mainan, tapi stimulasi berlebihan lebih awal dari usia tersebut malah akan menyebabkan kemampuan adaptif-motorik halus Si Kecil menjadi kacau.
"Yang seharusnya Si Kecil mampu membenturkan antara dinding kubus di tangan kiri dan dinding kubus di tangan kanan, tapi karena dipaksa lebih cepat malah tidak bisa dan tidak bertemu dua dinding kubus tersebut," jelas dr. Prami.
Untuk ranah personal sosial, misalnya tepuk tangan, yang paling cepat dapat dilakukan pada usia 6 bulan dan paling lambat setahun, tetapi bila distimulasi dan dipaksa telapak kiri dan telapak kanan Si Kecil tidak akan bisa bertemu dan mengeluarkan bunyi, sehingga akhirnya malah tidak beraturan.
"Jadi untuk mencegah agar hal-hal tersebut tidak terjadi, maka berikanlah stimulasi yang benar pada bayi sesuai dengan tahap perkembangannya. Sehingga orang tua tak boleh sembarangan menstimulasi buah hati," ungkap dr. Prami. (M&B/SW/Dok. Freepik)