Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Bolehkah Balita Memakai Cat Kuku?

Bolehkah Balita Memakai Cat Kuku?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Bila Moms memiliki anak perempuan, tentu menyenangkan ya, untuk menghabiskan quality time bersama dengan Si Kecil bersolek diri, termasuk mengecat kuku bersama. Tapi, seperti produk kecantikan lainnya, kebanyakan cat kuku dibuat menggunakan bahan kimia yang belum tentu aman bagi Si Kecil. Kemudian, apakah Si Kecil diperbolehkan untuk memakai cat kuku?

Sebenarnya hingga saat ini belum ada penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan cat kuku pada balita berkaitan dengan risiko kanker maupun penyakit lainnya yang akan dialami anak di masa depan. Tapi, bahan kimia yang digunakan untuk membuat cat kuku umumnya sangat berbahaya bila terkonsumsi. Pada orang dewasa, tentu hal ini bukan masalah besar karena sudah dapat mengontrol perilaku serta berhati-hati secara mandiri. Beda halnya pada anak balita.

Menurut wawancara Pop Sugar dengan Dr. Katherine Williamson, dokter anak di Children's Hospital of Orange County, cat kuku dapat berbahaya bagi balita karena risiko konsumsi racun secara tidak sengaja. "Umumnya cat kuku mengandung berbagai bahan kimia beracun yang dapat berbahaya, karena anak-anak cenderung suka mengisap jari-jarinya," ujar dr. Katherine.


Bahan Kimia Berbahaya pada Cat Kuku

Adapun berbagai bahan kimia pada cat kuku yang berbahaya sebagai berikut:

1. Toluene

Umum digunakan dalam pembersih cat tembok dan larutan pembersih, toluene digunakan dalam cat kuku sebagai penstabil formula. Beberapa efek samping bila terkonsumsi atau terhirup antara lain iritasi pada kulit serta merusak sistem pernapasan dan sistem saraf manusia. Dampak langsung dari paparan toluene yang dapat dirasakan adalah pusing maupun berkunang-kunang. Bahan ini juga berbahaya bagi janin karena berkaitan dengan cacat bawaan.

2. Dibutyl Phtalate (DBP)

Berupa cairan bening dan tidak berbau, bahan kimia ini ditambahkan pada cat kuku agar konsistesi formula bisa lembut dan tidak menggumpal. DBP terbukti berbahaya bagi manusia, karena sangat terkait dengan cacat bawaan pada bayi dan meningkatnya risiko kanker. Negara-negara di Eropa dan beberapa negara lain telah melarang penggunaan DBP pada berbagai produk, termasuk mainan anak.

3. Formaldehyde

Sebenarnya, formaldehyde digunakan sebagai agen pengeras yang membantu dalam proses pengeringan cat kuku saat dipakai. Tapi, penggunaan formaldehyde dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko kanker, serta menyebabkan iritasi pada mata dan sistem pernapasan bila dihirup.

4. Formaldehyde Resin

Seperti formaldehyde, formaldehyde resin digunakan untuk membantu proses pengeringan cat kuku saat dipakai. Dampak maupun efek samping yang bahan kimia ini sama berbahaya seperti formaldehyde.

5. Camphor

Camphor digunakan untuk menjaga formula cat kuku dan mencegahnya pecah-pecah. Tanda pertama yang terlihat bila cat kuku mengandung camphor adalah warna kuku yang menguning. Paparan camphor dalam jumlah yang tinggi dapat memengaruhi sistem saraf sehingga dapat menyebabkan disorientasi dan kejang.


Tips Menggunakan Cat Kuku untuk Si Kecil

Walaupun begitu, tidak berarti Si Kecil sama sekali tidak bisa mengecat kukunya, Moms. Karena mengecat kuku dapat menjadi sarana ekspresi dirinya serta perkembangan kemampuan kreativitasnya. Sebelum memperbolehkan Si Kecil menggunakan cat kuku, perhatikan beberapa hal berikut, Moms:

1. Pilih produk cat kuku yang berbahan dasar air. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, kini sudah terdapat cat kuku berbahan dasar air yang aman untuk anak-anak. "Cari produk cat kuku yang berbahan dasar air dan cairan pembersih cat kuku yang bebas dari bahan-bahan kimia," tutur dr. Katherine. Cat kuku berbahan dasar air biasanya lebih mudah dihapus, bahkan ada beberapa merek yang akan luntur bila terkena air.

2. Cari tempat dengan sirkulasi udara yang baik saat mengecat kuku. Bila mengecat kuku sendiri, pastikan Anda dan Si Kecil berada di ruang terbuka ataupun ruangan dengan sirkulasi udara yang bagus. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko terhirupnya bahan kimia yang berbahaya dari cat kuku.

3. Tunggu anak hingga berusia 2 tahun, Moms. Ini karena Si Kecil yang berusia di bawah 2 tahun masih sering memasukkan jari-jarinya ke dalam mulut, meningkatkan risiko konsumsi bahan kimia yang dikandung oleh cat kuku. Selain itu, anak-anak berusia lebih dari 2 tahun sudah mampu mengikuti perintah, sehingga mempermudah pengawasan Anda.

4. Pilih salon manicure yang menyediakan jasa manicure khusus anak-anak. Biasanya, jasa manicure khusus anak menggunakan cat kuku yang aman dan khusus bagi anak dengan perawatan yang cocok dengan anak pula.

5. Jangan terlalu sering. Walaupun Moms sudah menggunakan cat kuku khusus anak atau yang berbahan dasar air, penggunaan cat kuku juga tetap dapat berbahaya bila dipakai terlalu sering dan terus menerus.

Nah, bila Anda ingin memiliki pengalaman manicure bersama Si Kecil di salon, Bareskin Pacific Place dapat menjadi pilihan Anda. Pada Kamis 26 September lalu, Bareskin cabang Pacific Place baru saja meluncurkan jasa nail art khusus anak. Layanan ini melengkapi jasa nail art untuk orang dewasa yang terlebih dahulu hadir di Bareskin. Dengan perawatan shaping kuku serta pewarnaan kuku dengan cat kuku berbahan dasar air khusus anak, Bareskin berharap dapat memfasilitasi quality time antara anak dan ibunya. Bareskin sendiri merupakan salon perawatan khusus waxing, yang juga menyediakan layanan eyelash extension, spray tan, manicure pedicure, dan eye contour. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)