Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Kompetisi bukan hanya terjadi dalam perlombaan atau pertandingan olahraga saja. Dalam permainan anak sehari-hari pun terkadang ada pihak yang menang dan ada yang kalah.
Pernahkah Moms melihat Si Kecil menangis ketika kalah saat bermain dengan teman-temannya? Meski terkesan sepele, kekalahan dalam permainan terkadang menjadi hal besar bagi anak-anak. Saking pentingnya untuk menang, anak menjadi sulit menerima kekalahan dan menunjukkan sikap yang agresif terhadap teman-temannya.
Perlu Anda sadari bahwa balita seringkali memiliki perasaan bahwa dunianyalah yang paling benar. Meskipun anak-anak menyadari ada orang yang menang dan kalah dalam sebuah pertandingan atau permainan, mereka umumnya belum bisa menerima kekalahan tersebut.
Namun bukan berarti kita sebagai orang tua tidak perlu mengajarkan konsep kalah dan menang. Dalam lingkup pertandingan yang lebih kecil, misalnya ketika orang tua bermain bersama anak, ketika anak kalah maka biarkanlah ia kalah. Orang tua tidak perlu merasa kasihan atau bahkan merevisi hasil permainan dengan memberikan kemenangan kepada Si Kecil. Di sisi lain, Moms juga perlu memberi kesempatan bagi Si Kecil untuk menang sehingga ia dapat menikmari perbedaan perasaan saat kalah maupun menang.
Konsep Kalah dan Menang
Terkadang ada orang tua yang demi menyenangkan anaknya, rela membiarkannya selalu menang dalam setiap permainan. Bahkan mereka selalu berpura-pura kalah agar anak bisa menang. Dengan melakukan hal semacam ini, akibatnya anak tidak akan pernah belajar tentang konsep kalah dalam hidupnya.
Jika dibiarkan maka hal tersebut akan berimbas pada kebiasaan Si Kecil saat bersama teman-temannya atau di sekolah. Karena tidak pernah kalah di rumah, anak juga tak akan bisa menerima kekalahan saat 'berkompetisi' di sekolah. Efeknya, anak akan melakukan banyak hal negatif sebagai bentuk kekecewaan, seperti misalnya memukul atau menggigit teman.
Melatih Sportivitas
Guna menghindari kebiasaan buruk ini, Anda dapat melakukan beberapa hal untuk melatihnya bersikap sportif, seperti berikut:
1. Berikan pujian kepada anak dengan kata-kata positif karena keterlibatannya dalam bermain. Tekankan bahwa dalam setiap permainan ada menang dan ada kalah, tapi yang terpenting adalah usahanya dan bahwa ia dapat bersenang-senang melalui permainan itu.
2. Ikutkan anak pada permainan olahraga berkelompok. Melalui kegiatan ini, ia akan dapat belajar untuk saling menghargai dengan temannya, termasuk menghargai kekalahan yang dialaminya. Ajarkan anak untuk mengucapkan selamat pada pemenang permainan.
3. Jadilah role model bagi anak. Saat Anda kalah, tunjukkan sikap sportif Anda dengan tidak menjelek-jelekkan kubu lawan. Selain itu, Anda juga harus bisa menerima kekalahan Si Kecil. Jangan sampai justru Anda yang menunjukkan ekspresi kecewa di hadapan anak. Sementara itu, tak ada salahnya Anda juga mengajaknya nonton pertandingan olahraga. Ketika ia menonton suatu pertandingan dan ada tim yang kalah, tunjukkan kepadanya bahwa tim yang kalah tersebut dapat menerima kekalahan mereka. Tekankan bahwa dalam suatu permainan ada yang menang dan ada yang kalah. Dan yang menang bukan hanya berarti memiliki angka yang lebih tinggi, tapi juga dapat bersikap positif pada lawan. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- anak
- balita
- sportif
- sportivitas