Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, jangan senang dulu jika Si Kecil bisa dengan mudah menyerap kata-kata baru. Bukan tak mungkin, kosa katanya justru bertambah dengan kata-kata kasar yang tidak sepatutnya diucapkan terutama saat lagi kesal atau mengumpat.
Anak suka mengumpat tentu bukan kebiasaan yang bisa dibiarkan begitu saja. Selain memiliki efek yang tidak baik bagi tumbuh kembang Si Kecil, kebiasaan mengumpat tentunya akan memengaruhi hubungannya dengan lingkungan sekitar. Belum lagi anggapan-anggapan miring yang mungkin menganggap Moms tidak mampu mendidik anak.
Penyebab
Mengumpat biasanya disebabkan karena anak kesulitan mengontrol emosi. Hal itu ditambah dengan pengaruh lingkungan, televisi, atau gadget. Bukan tidak mungkin, Si Kecil meniru kebiasaan berkata kasar dari teman-teman atau tayangan di televisi. Bahkan bisa jadi, ia pernah melihat ayah atau ibunya marah-marah sehingga menganggapnya sebagai hal yang wajar untuk dilakukan.
Ada baiknya, Anda mencari sumber penyebabnya dengan lebih mengawasi dengan siapa Si Kecil bermain atau bersikap selektif soal tontonan bagi anak-anak. Jangan lupa untuk instropeksi diri karena mungkin tanpa disadari Moms dan Dads pernah memberikan contoh buruk bagi Si Kecil atau menyebabkan anak kesulitan menjaga emosinya.
Jangan Terpancing
Saat Si Kecil mengumpat, Moms jangan terpancing oleh ulahnya. Bereaksilah secara wajar ketika anak Anda membalas ucapan Anda dengan cara yang tidak sopan. Jangan balas bersikap kasar kepadanya.
Menurut Jane Nelsen, penulis buku Positive Discipline, anak yang membalas ucapan orang tua dengan kata-kata atau ungkapan kasar sesungguhnya sedang mengekspresikan kemarahan, frustrasi, ketakutan, atau rasa sakit. "Dengan begitu, Anda harus mengajarkan anak untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih baik," ujar Nelsen.
Tidak Ada Kompromi
Walau Anda tidak bereaksi keras, bukan berarti Anda membiarkan sikap Si Kecil. Jangan membiarkan anak berbicara dengan nada atau kata-kata yang buruk. Misalnya, jika ia tak sengaja mengucapkan kata kasar saat sedang bermain games dengan Anda, segera ingatkan ia. Bilang kepadanya, Anda tidak mau melanjutkan permainan jika Si Kecil bicara kasar lagi.
Jika anak masih saja berbicara buruk, segera hentikan permainan Anda. Tinggalkan Si Kecil dan katakan kepadanya bahwa Anda hanya mau bicara dengannya kalau ia sudah siap bersikap baik.
Apabila situasi seperti ini terjadi di depan umum, Moms tak perlu mengintimidasinya. Perlahan dan dengan tenang, beritahu anak Anda bahwa ucapannya tidak baik. Ajak anak ke tempat yang tenang dan katakan kepadanya bahwa ia harus siap menerima konsekuensi apabila mengulangi hal tersebut, misalnya dengan tidak boleh menonton acara televisi favoritnya.
Terapkan Aturan
Pastikan anak Anda memahami apa yang boleh dan tidak boleh diucapkan. Berikan penjelasan singkat tapi jelas, mengapa Anda menerapkan aturan tersebut sehingga Si Kecil dapat memahaminya.
Penting untuk Si Kecil agar mengerti bahwa tak semua isi pikiran dapat diungkapkan dengan sesuka hati. Saat Moms menerapkan aturan ini, pastikan Anda dan seluruh keluarga juga konsisten untuk menjalaninya.
Komunikasi
Tunjukkan perhatian Anda dengan mengatakan kepada Si Kecil bahwa Anda memahami perasaannya meski tidak menyetujui caranya mengungkapkan emosi. Bangunlah komunikasi dengan anak dan ajak ia mengungkapan alasan di balik kata-kata kasar yang diucapkannya. Ajak pula Si Kecil belajar menjelaskan perasaan atau emosinya dengan cara yang baik, bukan mengumpat. Jangan lupa, Moms perlu memulai percakapan setelah emosi anak mereda.
Tak ada gunanya mengajak ngomong ketika Si Kecil masih dalam kondisi marah. Alih-alih mendengarkan perkataan Anda, anak akan cenderung semakin memberontak apabila ditegur dalam kondisi kesal. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)