Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Dian Sastro Siap Berbagi Soal Gangguan Spektrum Autisme

Dian Sastro Siap Berbagi Soal Gangguan Spektrum Autisme

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Tidak mudah bagi seorang ibu untuk menerima kenyataan bahwa buah hatinya memiliki masalah. Hal yang sama juga dirasakan oleh artis Dian Sastrowardoyo ketika mengetahui anak pertamanya, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo, mengalami gangguan spektrum autisme.

Ada rasa sedih dan malu menghinggapi benak artis yang populer karena perannya di film Ada Apa Dengan Cinta? tersebut. "Bukan hanya pada orang lain, dengan mertua atau orang tua pun merasa malu," ungkap Dian.

"Selain itu masih ada rasa bersalah karena pernah memberikan gadget kepada anak. Bagi anak normal, bermain gadget mungkin tidak masalah. Lain halnya dengan anak yang memiliki gangguan spektrum autisme. Ia tidak akan bisa menahan diri," lanjutnya.


Tanda-tanda

Namun beruntung, Dian jeli melihat 'keanehan' dalam diri sang buah hati lebih awal. Tepatnya sejak Shailendra masih berusia 8 bulan. Ternyata, putranya memiliki lebih dari dua tanda yang biasanya diperlihatkan anak-anak dengan gangguan spektrum autisme. "Kala itu, anak saya ketika dipanggil tidak mau menengok. Ia juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan tidak melakukan kontak mata," jelas Dian.

Moms perlu tahu, ada tujuh tanda anak mengalami gangguan spektrum autisme, yaitu:

1. Tidak memiliki ketertarikan terhadap orang lain atau bermain dengan anak lain.

2. Tidak bisa menunjuk barang atau sesuatu menggunakan telunjuknya.

3. Tidak mau melakukan kontak mata.

4. Tidak bisa mengikuti atau mengimitasi ucapan.

5. Saat dipanggil, tidak menengok.

6. Tidak mau menengok ke arah benda yang kita tunjuk.

7. Tidak mau bermain seperti kebanyakan anak-anak, seperti main boneka, perang-perangan dan lain sebagainya karena imajinasinya terbatas.


Ubah Pola Asuh

Mulai was-was dengan kondisi tersebut, Dian pun langsung membawa Shailendra ke ahli yang khusus menangani anak-anak dengan masalah seperti itu. Dian juga rajin membawanya mengikuti terapi. Dari umur 2 hingga 5 tahun, Shailendra non-stop menjalani terapi setiap hari. Satu sesi terapi berdurasi 4 jam.

Kegigihan dan usaha keras Dian pun berbuah manis. Kini Shailendra duduk di kelas 3 SD. Ia bersekolah di sekolah umum dan tidak punya masalah di bidang akademis.

"Kita, satu keluarga, benar-benar mengubah cara untuk membesarkannya. Kalau mengajak ngomong, kita harus memegang mukanya agar mau melihat kita. Selain itu, kami juga kompak membatasi screen time dengan tidak menggunakan gadget dan mengurangi waktu menonton televisi. Dan karena saya tinggal bersama mertua jadi harus kompak tidak boleh kasih gadget. Nah ini sebenarnya yang agak berat karena biasanya orang tua lebih tega dibandingkan eyang-eyangnya," tutur Dian.

"Sekarang ia sudah bisa bercanda dengan sepupunya, bisa curhat, bersikap jahil, memulai percakapan, dan apabila kita berbicara kepadanya, ia sudah bisa menunjukkan empati. Dahulu, ia seperti disconnected saja dengan lingkungan sekitar," lanjutnya.


Kebiasaan

Memang masih ada beberapa kebiasaan Shailendra yang tidak bisa diubah. Seperti kebiasaan makan nasi menggunakan piring atau sendok dengan bentuk khusus. Jangan heran jika Dian rela repot membawa rice cooker ketika mengajak anak-anaknya berlibur ke luar negeri.

Namun di antara kekurangan tentunya ada kelebihan, begitu pula dengan Shailendra. Ia tergolong cakap di bidang matematika.

"Sudah beberapa kali ulangannya dapat nilai 100. Dan karena anakku perfeksionis, ia kerap gemes sendiri apabila tidak bisa mendapatkan nilai seratus. Ia juga sudah bisa mengerti soal cerita karena pada dasarnya suka membaca. Ia suka membaca novel-novel tebal," ujar Dian.


Special Kids Expo

Kisah Dian dan Shailendra mungkin bisa dikategorikan sebagai kisah sukses orang tua yang anaknya memiliki gangguan spektrum autisme. Bagi orang tua lain yang anaknya memiliki masalah serupa, Dian berpesan terima dulu kenyataan bahwa Si Kecil butuh bantuan. Mencari opini kedua, ketiga, atau keempat, boleh-boleh saja. Akan tetapi pada akhirnya, orang tua harus bisa menerima kondisi anak, membantunya menjadi lebih baik dengan terapi dan perhatian penuh, dan mau mengubah pola asuh.

"Lebih cepat melakukan terapi, lebih cepat gangguan itu bisa diminimalisasi," ucap Dian.

Selain itu, Moms juga bisa datang ke acara Special Kids Expo 2019 – Beauty in Ability pada 24-25 Agustus 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta. Selain ada booth-booth sekolah atau sarana pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, Moms juga bisa mengikuti berbagai seminar dengan pembicara dari dalam dan luar negeri dalam Special Kids Expo 2019.

Dian Sastrowardoyo juga akan menjadi salah satu pembicara dalam seminar di Special Kids Expo 2019 lho. Ia akan berbagi pengalaman dalam mendidik anak yang memiliki gangguan spektrum autisme.

Untuk info lebih lengkap soal kegiatan ini, Moms bisa membuka laman www.spekix.org atau follow Instagram @spekix.id. (Wieta Rachmatia/SW/Dok.MB)