Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Screen Time Terlalu Lama Dapat Pengaruhi Otak Anak

Screen Time Terlalu Lama Dapat Pengaruhi Otak Anak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Penggunaan perangkat seperti TV hingga ponsel pintar menjadi lebih sering untuk menenangkan anak. Mereka biasanya akan lebih mudah untuk makan atau lebih tenang ketika Anda sibuk membereskan pekerjaan rumah. Namun salah satu penelitian yang disiarkan oleh medicalexpress.com mengatakan bahwa membiarkan anak bermain perangkat berlayar atau dikenal dengan screen time dalam waktu lama dapat memengaruhi kinerja otaknya.

Penelitian tersebut dilakukan oleh National Institute of Health (NIH). Hasilnya ditemukan bahwa anak-anak berusia sembilan hingga 10 tahun yang menghabiskan waktu menggunakan perangkat tersebut lebih dari tujuh jam sehari menunjukkan tanda-tanda penipisan prematur pada korteks otak.

Korteks otak adalah lapisan terluar otak yang membantu proses informasi sensorik manusia. Hal tersebut menyebabkan adanya 'pola baru' pada otak yang mungkin saja mengganggu perkembangan otak anak Anda. Salah satu bukti yang juga disampaikan NIH adalah anak-anak yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari di depan layar perangkat mendapatkan nilai lebih buruk pada tes bahasa dan penalaran.


Berpengaruh pada Kemampuan Belajar Anak

Hasil tersebut nyatanya juga berkaitan dengan kemampuan belajar anak. Penelitian terbaru berkaitan dengan hal ini dilakukan oleh Georgene Troseth, profesor psikologi Vanderbilt University, Tennesse, AS. Menurutnya, anak terbukti tidak belajar mengenai banyak hal, termasuk saat melakukan obrolan video.

Maka, pernyataan bahwa anak akan lebih mudah belajar melalui perangkat berlayar belum bisa dibenarkan. Hal ini diungkapkan karena ternyata untuk balita, gambar datar seseorang di layar adalah tidak "nyata". Maka, otak mereka pun memberitahu bahwa apa yang mereka lihat tidak relevan secara pribadi dan bukan sesuatu yang dapat mereka pelajari.

Meskipun obrolan video juga termasuk interaksi, terutama yang saling berkomunikasi satu sama lain, efeknya tetap sama seperti obrolan video yang tidak responsif. Media tersebut masih belum cukup untuk mendukung pembelajaran Si Kecil.

Namun Troseth menambahkan jika obrolan video bisa terjadi secara efektif. "Hal tersebut akan mengoordinasikan perhatian orang tua dan anak agar tetap fokus dengan interaksi yang terjadi secara langsung. Namun, respons dari orang tua menjadi lebih utama untuk mendukung proses tersebut," tambahnya. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)